Kesehatan

Cara Mencegah Kanker Payudara Berdasarkan Thibbun Nabawi

Jum, 20 Oktober 2023 | 16:00 WIB

Cara Mencegah Kanker Payudara Berdasarkan Thibbun Nabawi

Ilustrasi kanker. (Foto: NU Online/Freepik)

Kaum wanita remaja dan dewasa saat ini tidak bisa lepas dari lifestyle atau gaya hidup modern. Karier yang sibuk, makanan instan, budaya berpakaian, dan kegiatan lain yang dijalani sehari-hari tentu akan memiliki dampak terhadap kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang banyak dan meningkat kejadiannya pada wanita adalah kanker payudara.

 

Menurut para ilmuwan, kanker adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh lifestyle atau gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang dimaksud adalah pola makan dan kebiasaan lain yang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit itu (Bika dan Dockrat, 2015, Medicine of The Prophet [Tibb al-Nabawi] Your Guide to Healthy Living, Ibn Sina Institute of Tibb, South Africa: halaman 97).

 

Seiring dengan meningkatnya kejadian kanker payudara pada wanita maka kesehatan payudara perlu diperhatikan. Dengan alasan untuk meningkatkan kesadaran terhadap pemeriksaan payudara inilah ada seruan untuk sejenak menanggalkan pemakaian bra yang sering dikaitkan dengan manfaatnya untuk kesehatan. Di saat banyak wanita berkarier dengan segudang aktivitas yang menuntutnya berpakaian dengan menggunakan bra, maka ketika beristirahat mereka memerlukan pakaian yang lebih longgar.

 

Saat-saat istirahat juga perlu dipandang sebagai relaksasi tubuh dari tekanan-tekanan yang muncul akibat penggunaan pakaian. Khusus pada penggunaan bra yang berkontak langsung dengan payudara, maka ketika dilepas akan memberikan kesempatan bagi payudara dan organ di sekitarnya untuk istirahat secara lebih leluasa.

 

Bukan berarti penggunaan bra harus dihindari sama sekali tetapi pada kondisi istirahat, wanita yang melepaskan bra dapat mengoptimalkan manfaatnya untuk kesehatan. Menarik untuk menyimak beberapa hasil penelitian terkait hal tersebut yang telah dilakukan di Indonesia sehingga relevan untuk dicermati oleh kaum wanita.

 

Penelitian yang diketuai oleh Pramardika telah mengungkap kebiasaan menggunakan bra pada kaum wanita di Kalimantan Timur. Meskipun penelitian itu menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan bra dengan kanker payudara, tetapi disarankan untuk mengurangi durasi atau lamanya waktu penggunaan bra sehingga tidak lebih dari 24 jam per hari untuk meminimalkan risiko kanker payudara (Pramardika dkk, 2023, Bra Usage Duration and Breast Cancer Risk: A Case-Control Study, Jurnal Bidan Cerdas Volume 5 Nomor 2: halaman 51-57).

 

Lebih lanjut, penelitian itu juga menyebutkan bahwa penggunaan bra lebih dari atau sama dengan 24 jam sehari memiliki risiko 2,333 kali lipat lebih besar untuk terjadinya kanker payudara bila dibandingkan dengan wanita yang menggunakan bra kurang dari 24 jam dalam sehari. Oleh karena itu, penelitian tersebut merekomendasikan untuk melepas bra pada waktu istirahat misalnya ketika tidur. Manfaatnya adalah sebagai tindakan pencegahan untuk mengurangi resiko kanker payudara.

 

Penelitian itu juga secara jujur mengemukakan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh So dan timnya pada tahun 2015. Penelitian yang dimaksud menyebutkan bahwa penggunaan bra ketika tidur meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 1,3 kali. Selain itu, menggunakan bra lebih dari 12 jam per hari meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 1,08 kali (So dkk, 2015, Brassiere wearing and breast cancer risk: A systematic review and meta-analysis, World J Meta-Anal 3(4): halaman 193-205).

 

Payudara wanita erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan hormonal. Lebih jauh, kondisi hormonal wanita sangat berkaitan erat dengan perasaan dan psikis. Secara tidak langsung, ada keterkaitan antara penggunaan pakaian dengan aspek psikologis wanita. Bahkan tekanan yang ditimbulkan pada payudara akibat penggunaan pakaian dalam yang ketat seperti bra dapat berpengaruh terhadap kesehatan.

 

“Ketidaknyamanan, atau rasa tertekan ini, apabila berlangsung terus dalam jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan tekanan psikologis yang kronis. Tekanan ini kemudian akan mengubah profil hormonal seseorang. Perubahan profil hormonal ini dapat menimbulkan gangguan pada sistem pertahanan tubuh. Ketika sistem pertahanan tubuh terganggu, penyakit pun akan mudah datang. Pada tahap minimal, tekanan psikologi dapat memicu naik kadar kortisol dalam tubuh yang menyebabkan seseorang mudah lelah dan stres.” (Azhar, Cara Hidup Sehat Islami, 2015, Tasdiqiya Publisher, Bandung: halaman 169)

 

Berdasarkan keterangan tersebut ada beberapa gangguan kesehatan yang dapat timbul karena pakaian yang tidak sesuai dengan kenyamanan wanita. Resiko kesehatan tersebut meliputi terganggunya daya tahan tubuh atau imunitas, tekanan psikologi, naiknya kadar hormon kortisol dan mudah mengalami lelah serta stres.

 

Kaum wanita memang sangat peka terhadap perubahan hormonal. Sudah menjadi fitrah wanita untuk mengalami siklus bulanan yang tidak lepas dari fluktuasi hormon di dalam tubuhnya. Tidak hanya itu, kodrat hamil, melahirkan, dan menyusui yang hanya dialami oleh kaum wanita juga tidak lepas dari perubahan kadar hormon. Apabila kepekaan terhadap perubahan hormon ini tidak diimbangi dengan optimalnya kondisi istirahat, maka semakin besar resiko kesehatan yang dihadap oleh wanita tersebut.

 

Hormon kortisol dan ACTH merupakan hormon yang mengatur tingkat kecemasan pada seseorang. Hormon-hormon cemas yang lain adalah adrenalin dan norepinefrin. Bila semua hormon tersebut bekerja dalam jangka panjang maka akan menyebabkan kecemasan kronis. Munculnya kecemasan bisa menimbulkan datangnya stres.

 

Pada saat stres, tubuh mengeluarkan adrenalin dalam jumlah besar. Adrenalin akan membantu tubuh untuk beradaptasi dengan stres tersebut. Namun, di sisi lain adaptasi ini membakar banyak energi sehingga orang yang mengalaminya akan mengalami kelelahan. Saat itulah dia akan kehabisan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hal itu menyebabkan munculnya gejala nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, depresi dan mudah tersinggung pada orang yang stres.

 

Pencegahan kanker payudara juga dapat dilakukan dengan nutrisi yang banyak mengandung vitamin A. Oleh karena itu, menurut Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad As-Sayyid dalam bukunya yang berjudul At-Taghdziyah an-Nabawiyah al-Ghadza bayna ad-Da'i wad Dawa disebutkan bahwa minyak zaitun dan minyak ikan direkomendasikan sebagai sumber nutrisi dalam pencegahan kanker. Buku ini diterjemahkan ke dalam Edisi Indonesia dengan judul Pola Makan Rasulullah Makanan Sehat Berkualitas menurut al-Qur’an dan as-Sunnah.

 

Dalam buku tersebut, contoh makan untuk pencegah kanker payudara juga disebutkan secara spesifik. Brokoli dan kubis dianggap sebagai makanan yang paling baik untuk mencegah kanker payudara karena mengandung zat pencegah kanker yang disebut sebagai indoles dan serat sehingga dapat menstabilkan hormon penyebab kanker payudara (Muhammad as-Sayyid, 2006: 332-333).

 

Berdasarkan paparan tersebut, maka modifikasi gaya hidup berupa penggunaan pakaian, mengelola stress, dan menjaga pola makan dengan memilih sumber nutrisi yang sehat penting untuk mencegah kanker payudara. Upaya pencegahan yang tidak kalah pentingnya adalah pola istirahat dan menjaga diri dari paparan faktor resiko lainnya seperti bahan kimia penyebab kanker. Wallahu ‘alam bis shawab.

 

Yuhansyah Nurfauzi, pakar farmasi, pemerhati sejarah kedokteran dan sejarah peradaban Islam.