Jateng

KH Achmad Chalwani Jelaskan Riwayat Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad

NU Online  ·  Rabu, 27 Agustus 2025 | 20:00 WIB

KH Achmad Chalwani Jelaskan Riwayat Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad

KH Achmad Chalwani (Foto: Istimewa)

Purworejo, NU Online

Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo, KH Achmad Chalwani, kembali mengupas sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pengajian tersebut disampaikan dalam rutinan Ahad Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah di Pesantren An-Nawawi Berjan, Ahad lalu.


Sebagaimana tradisi, Mursyid Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah itu memulai pengajian dengan bertawasul kepada para mursyid terdahulu dan dilanjutkan pembacaan surah al-Kafirun hingga an-Nas secara bersama.

 

Setelah itu, ia menjelaskan sejarah kelahiran Nabi Muhammad dengan merujuk pada kitab an-Ni‘matu al-Kubra ‘ala al-‘Alam karya Syekh Ahmad Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafi’i, yang menekankan pentingnya memperingati maulid Nabi.


Dalam kitab tersebut, Kiai Chalwani menuturkan, terdapat sejumlah atsar sahabat yang menjelaskan keutamaan memperingati maulid Nabi.


Abu Bakar ash-Shiddiq raḍhiyaallāhu ‘anhu berkata:


قَالَ ابُو بَكْرٍ الصِدِيْقِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : مَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِي الْجَنَّة


“Sing sopo wonge ngetoke bondo sak dirham nggo biayani mauludan, ngesok dadi kancaku neng suargo.” (Barang siapa yang mengeluarkan harta satu dirham untuk membiayai acara peringatan maulid Nabi, maka besok menjadi temanku di surga).


Kemudian Umar bin Khattab raḍhiyaallāhu ‘anhu berkata:


قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا الإِسْلَامَ


“Sing sopo wonge ngagungaken muludan, berarti ngurip-urip agomo Islam.” (Barang siapa yang mengagungkan kelahiran Nabi maka ia benar-benar telah menghidupkan agama Islam).


Utsman bin Affan raḍhiyaallāhu ‘anhu berkata:


وَقَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَأَنَّمَا شَهِدَ غَزْوَةَ بَدْرٍ وَحُنَيْنٍ


“Sing sopo wonge ngetokno bondo paling sitik sak dirham kanggo biaya muludan, wong kui diganjar koyo melu perang Badar lan perang Hunain.” (Barang siapa yang menginfakkan satu dirham untuk pembacaan Maulid Nabi, maka pahalanya seakan sama dengan orang yang ikut serta dalam perang Badar dan Hunain).


Sementara itu, Ali bin Abi Thalib karrama Allāhu wajhahu berkata:


وَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَكَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ سَبَبًا لِقِرَاءَتِهِ، لَا يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا بِالْإِيمَانِ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ


“Sing sopo wonge ngagungaken muludan lan dadi lantarane moco sejarahe Kanjeng Nabi, wong kui ora bakal metu seko dunyo kejobo metune nggowo iman, lan wong kui melebu suwargo tanpo hisab.” (Barang siapa yang memuliakan hari kelahiran Nabi Muhammad, dan menjadi sebab dibacakannya maulid, maka ia tidak akan meninggal dunia kecuali dalam keadaan beriman, dan kelak masuk surga tanpa hisab).


Mimpi Aminah binti Wahab

Selain atsar sahabat, Kiai Chalwani juga menyampaikan riwayat tentang mimpi-mimpi yang dialami Siti Aminah binti Wahab saat mengandung Nabi Muhammad.

 

Sejak bulan Rajab hingga kelahiran, Siti Aminah bertemu dalam mimpi dengan para nabi terdahulu, mulai dari Nabi Adam, Syits, Idris, Nuh, Hud, Ibrahim, Ismail, Musa, hingga Nabi Isa. Masing-masing nabi membawa kabar gembira tentang kemuliaan dan keistimewaan anak yang dikandungnya.


Rais ‘Ali JATMAN itu menegaskan pentingnya berpartisipasi dalam peringatan Maulid Nabi, meski dengan kemampuan sederhana.


"Ampun eman-eman medalake biaya damel peringatan muludan sak mampune penjenengan (Tak perlu sayang-sayang mengeluarkan biaya buat peringatan maulid semampu Anda)," ujar Kiai Chalwani dikutip dari NU Online Jateng.


Di akhir pengajiannya, ia juga mengingatkan bahwa hidangan pada perayaan maulid memiliki keistimewaan tersendiri.


"Sego berkat maulid karo sego berkat biasa kui bedo ing ngarsane Allah, marai jembar pikirane lan marai cerdas (Nasi berkat maulid dengan nasi berkat biasa itu beda dalam pandangan Allah, membuat lapang pikiran dan membuat cerdas)," sambungnya.