Internasional PENGAJIAN ONLINE

Warga NU Korea Nikmati Akses Internet Tercepat di Dunia

Sab, 1 Desember 2012 | 04:01 WIB

Seoul, NU Online
Warga Nahdlatul Ulama (NU) di Korea Selatan yang menamakan diri Ikatan Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (IKBNU) mempunyai kegiatan rutin organisasi, yakni “Pengajian Senenan Aswaja”. Kecangggihan teknologi ditambah akses internet tercepat di dunia ini benar-benar dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan dan komunikasi warga nahdliyyin di negeri gingseng.<>

Kontributor NU Online Fahmi Arif Tsani melaporkan, pengajian yang dilakukan secara online melalui media skype ini berlangsung gayeng. Seperti misalnya, ketika sebagian pekerja masih lembur di perusahaan, atau mahasiswa yg sedang eksperimen di laboratorium kampus masih bisa mengikuti pengajian dengan smart phone, i-pad, atau pun piranti gadget lainnya.


Adapun asatidz yg menjadi narasumber adalah warga nahdliyyin sendiri yg rata-rata menjadi imam mushola di daerah tinggal masing-masing, seperti Ustadz Syami Zein (Busan), Abi Tama (Gyeongju), Nissa al Hakim (Gimhae), dan asatidz lainnya.

Kegiatan pengajian malam Senin ini tidak hanya majlis taushiah saja. Seperti baru-baru ini juga menjadi majlis doa dan tahlil almarhum Ust Syathibi (sie Dakwah IKBNU) yang wafat beberapa waktu lalu, dan saudara-saudara muslimin yang syahid di Palestina.

Kegiatan NU Korea dimotori oleh Fahmi Arif Tsani sendiri yang juga ketua IKBNU, Abi Tama (wakil ketua), Kiai Kanjeng (sekretaris), dan dibantu beberapa rekan yang lain. Dalam waktu dekat pada libur musim dingin nanti, akan diagendakan silaturrahim warga nahdliyyin, khususnya para “kiai kampung” di seluruh semenanjung Korea.

Rencananya, event ini akan diadakan di Daejon, yang secara geografis terletak di tengah negara Korea Selatan.

Dilaporkan, jumlah WNI di Korea Selatan yang terdiri dari tenaga kerja dan pelajar meningkat dari tahun ke tahun. Lebih dari 35,000 tenaga kerja dan 500 pelajar/mahasiswa menetap di Korea.

Jika merujuk presentase nasional, seperempat WNI adalah warga NU (nahdliyyin), maka telah ada 8.000 lebih nahdliyyin di negeri ginseng ini. Berangkat dari fenomena ini sejak awal tahun 2012 terbentuklah suatu paguyuban IKBNU itu.



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Fahmi Arif Tsani