Internasional

Tradisi Maulid Nabi di Pakistan: Baca Syair-Syair dengan Bahasa Lokal

Sen, 2 Oktober 2023 | 13:30 WIB

Tradisi Maulid Nabi di Pakistan: Baca Syair-Syair dengan Bahasa Lokal

Salah satu pemandangan peringatan Maulid Nabi di Pakistan. (Foto: Dok. PCINU Pakistan)

Jakarta, NU Online 

Kelahiran Nabi Muhammad saw merupakan salah satu momen penting dalam Islam. Pada momen ini, umat Islam di berbagai belahan dunia berkumpul untuk merefleksikan perilaku sosok Nabi Muhammad saw, termasuk di Pakistan.


Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) mengungkapkan perayaan Maulid Nabi saw di Pakistan memiliki cara unik tersendiri. Tradisi perayaan Maulid Nabi di Pakistan melibatkan berbagai kegiatan, seperti ceramah, pembacaan shalawat, dan pembacaan syair-syair. 


“Pakistan memiliki cara unik tersendiri untuk merayakan Maulid Nabi, sama seperti Indonesia, Pakistan memiliki kegiatan majelis shalawat atas Nabi yang dibaca di masjid-masjid dan majelis ilmu. Namun, mereka lebih banyak membaca syair-syair dengan bahasa lokal (Urdu-Hindi-Punjabi) mereka menyebut syair ini na’at yaitu madh (pujian) yang dibacakan kepada Nabi Muhammad,” jabar Badat kepada NU Online pada Senin (2/10/2023).


Ia menjelaskan, Naʽat sendiri berarti puisi yang memuji Nabi Muhammad saw. Na'at cukup populer di kawasan Asia Selatan seperti Bangladesh, Pakistan, dan India. Umumnya, Na’at menggunakan bahasa Bengali, Punjabi, atau Urdu. Orang yang melafalkan Naʽat dikenal sebagai Naʽat Khawan atau sanaʽa-khuaʽan.


Ia menambahkan, terdapat beberapa kumpulan syair (antologi) Na'at yang ditulis oleh ulama-ulama sebagai wujud penghormatan memuji Rasulullah SAW, seperti Hadaiqe Bakshish oleh Syekh Ahmad Raza Khan, Wasail e Bakhsish oleh Syeh Muhammad Ilyas Qadri, Tajalliyāt, oleh Syed Waheed Ashraf, dan Safeena e Bakhshish oleh Syeh Akhtar Raza Khan (Azhari Miya).


Umat Islam di Pakistan juga sering menghiasi masjid-masjid dan jalan-jalan dengan lampu-lampu berwarna untuk merayakan acara ini dengan semarak.


Masyarakat juga mengenakan baju Muslim dan meramaikan majelis ilmu dan masjid dan bershalawat menggunakan pengeras suara yang dipimpin oleh seorang qori na'at, tanpa diiringi alat musik. 


“Mereka menghiasi masjid dan majelis ilmu dengan lampu berwarna-warni untuk menghormati bulan kelahiran Nabi Muhammad,” kata dia.


“Perayaannya lebih sering dilakukan malam 12 Robiul Awal, pada malam hari selepas shalat Isya, mereka mujahadah, shalawatan sampai tiba waktu subuh, kemudian sahur bersama dan sebagian berpuasa 12 Robiual Awal ittiba hadits kanjeng Nabi,” tutup dia.

 

Namun, tragedi ledakan bom mengguncang perayaan Maulid Nabi Muhammad saw di Pakistan pada Jumat (29/9/2023) lalu. Sebuah bom meledak selama perayaan yang seharusnya menjadi momen sukacita umat Islam. Ledakan yang terjadi di sebuah masjid di Mastung, Provinsi Balochistan itu menewaskan puluhan orang dan melukai puluhan lainnya.