Internasional

Tiga Penyebab Munculnya Islamofobia di Eropa

Sel, 14 Agustus 2018 | 00:00 WIB

Jakarta, NU Online
Sepanjang sejarah dunia, ketidaknyamanan selalu muncul di antara manusia sebagai makhluk sosial, baik karena bahasa, agama, ataupun ras. Hal ini muncul di dunia Barat dengan bentuk islamofobia. Ada semacam sentimen negatif ketika melihat ataupun mendengar Islam. Penyebabnya muncul dari berbagai hal dan dari segala arah sehingga membentuk gelombang besar yang memengaruhi masyarakat di sana untuk benci terhadap Islam.
Ā 
Hal ini diungkapkan oleh Pimpinan Bayt Ar-Rahmah li ad-Da'wa al-Islamiyah Rahmatan li al-'Alamin Holland C Taylor saat ditemui NU Online di hotel Grand Hyatt, Jakarta pada Senin (13/8).
Ā 
Pertama, ketidaknyamanan masyarakat Eropa terhadap Islam itu muncul karena homogenitas mereka dan kesulitannya masyarakat imigran melakukan asimilasi dan integrasi, penyesuaian sifat asli mereka dengan sifat lingkungan di sekitar mereka tinggal. Karena itu, bangsa Eropa kurang bisa menerima kedatangan imigran yang beranak pinak dengan tanpa menghilangkan sifat mereka.
Ā 
ā€œSebelum kedatangan grup-grup ini (imigran) dari negara masing-masing, kebanyakan negara Eropa itu homogen,ā€ katanya.
Ā 
Terlebih, mereka yang masuk ke Eropa lebih banyak yang berpendidikan rendah. Hal ini berbeda dengan Muslim yang masuk ke Amerika, yakni memiliki latar belakang pendidikan yang baik. Selain itu, menurut Duta Gerakan Pemuda Ansor untuk Amerika dan Eropa itu, Muslim di Amerika tidak tinggal di satu daerah tertentu saja yang mengelompok, tetapi menyebar.
Ā 
ā€œDi Eropa biasanya pendidikannya rendah, kerjanya agak ke bawah. Dan mereka semua dari satu etnik dan kumpul di satu lokasi. Mereka dianggap asing karena Eropa tidak punya budaya imigran,ā€ ujar pimpinan LibForAll Foundation itu.
Ā 
Ketidaknyamanan mereka semakin diperparah dengan kehadiran kaum ekstremis yang melakukan teror di mana-mana, seperti Al-Qaeda dan ISIS.Ā  ā€œDengan kemunculan fenomena teror dari Al-Qaeda dan belakangan ini dari ISIS, wuh itu jauh lebih parah,ā€ kata pria asal Amerika itu menyebut penyebab keduanya.
Ā 
Lebih lanjut, Holland juga mengungkapkan bahwa terjadi benturan antara masyarakat keturunan imigran yang lahir dan tumbuh di negara Eropa dengan masyarakat asli Eropanya. ā€œMereka membantai sesama warga. Itu masalah besar. Mereka berbeda etnik dan agamanya, meskipun secara kewarganegaraan sama,ā€ katanya.
Ā 
Adanya gelombang migrasi ke Eropa tanpa ada persyaratan khusus dan kontrol membuat publik Eropa menjadi kaget dan prihatin. ā€œYang ketiga, imigrasi massal sampai ada jutaan orang masuk Eropa tanpa ada persyaratan dan kontrol,ā€ katanya.
Ā 
Pasalnya, hal tersebut menaikkan angka pemerkosaan di sana, sebagai salah satu contoh saja. Hal ini pernah Holland lihat sendiri ketika ia berkunjung ke Jerman. Ia melihat perempuan pribumi (orang asli Jerman) diperkosa. Hal demikian, menurutnya terjadi di mana-mana. Ia sampai menyebutnya diekspor ke Eropa.
Ā 
ā€œSikap laki-laki di beberapa kawasan di Timur Tengah terhadap perempuan, kita di sini bisa menganggap kurang ajar,ā€ katanya.
Ā 
Karena itu, ia menerangkan bahwa Islamofobia tidak mulai dari nol. Hal ini akan lebih panjang kronologinya jika ditarik ke masa khilafah mengingat adanya ekspansi dengan menggunakan militer di belahan dunia Barat tersebut. (Syakir NF/Abdullah Alawi)