Internasional HAJI 2022

Tan’im, Lokasi Favorit Miqat Umrah Sunah Jamaah Haji Indonesia

Sen, 27 Juni 2022 | 06:02 WIB

Tan’im, Lokasi Favorit Miqat Umrah Sunah Jamaah Haji Indonesia

Miqat tanim. (Foto: NU Online/Mukafi Niam)

Makkah, NU Online
Umrah menjadi ibadah favorit jamaah haji asal Indonesia yang masih menunggu wukuf di Arafah yang akan jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah 1443 H. Untuk mengawali ibadah umrah ini, para jamaah harus mengambil miqat dengan keluar terlebih dari Kota Suci Makkah. Masjid Tan’im atau juga dikenal sebagai Masjid Aisyah menjadi lokasi favorit bagi jamaah untuk bermiqat atau mengambil tempat untuk berganti pakaian ihram dan kemudian berniat melakukan umrah sunah. Lokasi ini merupakan batas tanah Haram terdekat.
 

Tan’im berjarak sekitar 7 kilometer di utara Masjidil Haram. Dengan demikian, hanya diperlukan waktu sekitar 15 menit dengan menggunakan mobil dari lokasi hotel jamaah haji Indonesia menuju Tan’im. Dibandingkan dengan lokasi miqat yang lain seperti Ji’ranah dan Hudaibiyah, Tan’im menjadi yang paling dekat.

 
Dalam hadits disebutkan ketika menjalankan haji Wada’ yang dilakukan oleh Rasulullah saat itu, istri Nabi Muhammad, Aisyah dalam kondisi menstruasi. Ia diperbolehkan menjalani seluruh rangkaian ibadah, kecuali thawaf. Setelah bersih dari haid, Nabi Muhammad meminta Abdurrahman, saudara Aisyah menghantarkannya ke desa Tan’im guna mengambil miqat di daerah tersebut. Peristiwa yang berlangsung pada tahun 9 Hijriyah ini menjadi dasar Tan’im sebagai tempat miqat. Inilah yang menjadi alasan mengapa masjid di situ disebut sebagai Masjid Aisyah.

 
Lokasi Tan’im merupakan perlintasan lalu lintas dari Makkah ke Madinah dengan jalur yang ramai. Kompleks Masjid Aisyah telah tertata dengan rapi sehingga memudahkan jamaah beraktivitas. Terdapat lokasi parkir yang luas, toilet untuk mandi dan berganti baju ihram, hingga masjid yang nyaman untuk shalat. Pepohonan di sekitar masjid juga menjadi kesejukan di tengah kegersangan.

 

Tan’im terus diperbaiki dari masa ke masa, dari pemerintahan ke pemerintahan. Renovasi terakhir dilakukan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz yang menghabiskan dana 100 juta riyal. Luas keseluruhan sekitar 84 ribu meter persegi dengan luas bangunan 6.000 meter persegi. Masjid ini buka selama 24 jam, yang memungkinkan siapa pun untuk mengambil miqat sewaktu-waktu.

 
Sebagai tempat miqat, otomatis, lokasi ini menjadi tempat strategis bagi taksi untuk mencari penumpang yang menuju Masjidil Haram. “Khamsa riyal-khamsa riyal (5 riyal-lima riyal),” begitu biasanya para supir-supir menawarkan jasanya.

 
Aturan menumpang taksi di Makkah berbeda dengan yang berlaku di Indonesia. Di sini, tarif dikenakan per penumpang. Dalam satu kali perjalanan menuju Masjidil Haram, sopir taksi dapat membawa 3 atau 4 penumpang, yang masing-masing tidak kenal, dan semuanya membayar sendiri. Di Makkah, naik taksi juga masih didasarkan pada sistem tawar-menawar, tidak berdasarkan argo.

 
Sejumlah pedagang asongan juga menggelar dagangan seperti sabun mandi, ikat pinggang, sandal, dan kebutuhan harian jamaah. Mereka mengambil tempat di dekat lahan parkir yang menjadi lalu-lalang jamaah dari dan menuju kendaraannya atau dekat toilet yang menjadi lokasi untuk berganti baju ihram.


Umumnya jamaah tidak berlama-lama di sini karena lokasinya hanya sebagai tempat mengambil miqat. Setelah selesai mandi, berganti baju ihram, dan shalat sunah, mereka langsung menuju Masjidil Haram untuk umrah.

 
Ruangan dalam masjid cukup luas dengan permadani tebal berwarna merah yang sangat halus sehingga nyaman untuk sujud. Hembusan penyejuk udara dengan suhu yang pas membuat jamaah dapat menjalankan shalat dengan khusyu. Dari luar, masjid tersebut terlihat dibangun dua tingkat, namun ketika masuk ke dalam, hanya ada satu lantai dengan langit-langit yang tinggi serta disinari dengan pencahayaan yang terang. Terdapat dua menara yang semakin menambah keindahan bangunan.

 
Di pelataran masjid yang struktur bangunannya masih menyatu, jamaah dapat menunggu rombongannya yang masih shalat. Lantai marmer berwarna putih yang selalu dibersihkan dan atap yang terbuat dari struktur bangunan yang kokoh menjadi tempat berlindung dari teriknya panas matahari. Pelataran tersebut berada dalam lokasi yang terbuka di mana udara dapat keluar dan masuk dari berbagai arah.

 
Khoirul Anam (42), kepala rombongan dari kloter 9 yang berasal dari Tulungagung Jawa Timur yang ditemui NU Online di pelataran masjid menuturkan, ia bersama dengan rombongan sudah umrah sunnah selama 6 kali dengan mengambil miqat dari Tan’im. Dari penginapannya di sektor 1, mereka menggunakan taksi dengan ongkos 10 riyal (38 ribuan) per jamaah menuju Tan’im dan kemudian berlanjut menuju Masjidil Haram.

 

“Supir taksinya menunggu kita. Mereka baru kita bayar setelah sampai di Masjidil Haram,” paparnya.

 
Sembari menunggu pelaksanaan wukuf di Arafah, hampir setiap hari, Anam mengaku melakukan umrah sunah. Sebagai kepala rombongan, ia menyampaikan telah mendapat sosialisasi untuk menjaga kondisi fisik. Jangan sampai nanti malah ambruk saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Kepada jamaah rombongannya, ia menyampaikan agar beristirahat bagi yang kelelahan.
 

Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Tulungagung Jatim ini memiliki rombongan beranggotakan 18 orang, namun yang ikut umrah sunah hanya 9 orang. Hanya pada umrah sunah pertama ia berangkat bersama seluruh anggota rombongannya dengan menyewa sebuah bus mini. Untuk selanjutnya, mereka diajari mandiri.
 

Beberapa jamaah lain yang ditemui NU Online juga mengaku sudah melakukan umrah sunah 3-5 kali dengan mengambil miqat di Tan’im. Mereka berasal dari beragam tempat seperti Bekasi, Lombok, dan Kalsel. Jamaah dari negara lain seperti India, Bangladesh, Uzbekistan juga mengambil miqat di tempat ini.
 

Konsultan Ibadah Haji Daerah Kerja Makkah, Prof. Aswadi Syuhadak mengingatkan agar para jamaah menjaga kesehatan. Jangan sampai mengejar amalan yang sunah, namun kemudian energinya sudah habis ketika menjalankan rukun haji.
 

Pewarta: Achmad Mukafi Niam
Editor: Muhammad Faizin