Internasional

Shalawatan Menggema di Yamanashi Jepang

Sel, 29 September 2020 | 15:00 WIB

Shalawatan Menggema di Yamanashi Jepang

Shalawatan di Jepang. (Foto: Istimewa)

Yanamashi, NU Online 

Budaya membaca Shalawat tidak hanya ramai di Indonesia, tapi juga menggema di Jepang, tepatnya di masjid  Kawaguchiko, Yamanashi. Yamanashi adalah kawasan wisata Gunung Fuji, sekitar 112 kilometer dari kota Tokyo. 

 

Pembacaan Shalawat di masjid milik Japan Halal Certification Promotion Organization (JHCPO) itu diinisiasi oleh Ustadz Muntaha dan salah seorang imam Masjid Nusantara, Akihabara, Ustadz Mahmud Sulaiman, serta didukung oleh Majelis Santri Sakura. Ini adalah sebuah perkumpulan anak-anak muda di bawah binaan Lembaga Amil Zakat, Infak, Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Jepang. 

 

"Mereka yang memakmurkan masjid Nusantara dan  Al-Ikhlas di Tokyo. Mereka juga sudah mengikuti MKNU (Madrasah Kader Nahdlatul Ulama)," ujar  Ketua LAZISNU Jepang, Muhammad Anwar di Yamanashi, Jepang, Ahad (27/9).

 

Menurut Ustadz Anwar, sapaan akrabnya, pihaknya sesungguhnya sudah lama menginginkan shalawat digemakan di Yamanashi, namun baru terwujud sejak dua bulan lalu. Itu karena Yamanashi banyak dikunjungi wisatawan, termasuk Pekerja Migrant Indonesia (PMI) untuk menikmati Gunung Fuji yang diselimuti salju itu. Akhirnya, atas kerja sama LAZISNU Jepang dengan JHCPO, pembacaan Shalawat bisa digelar, bahkan setiap bulan. 

 

"Istighotsah, pembacaan Barzanji dan Shalawat yang diringi penampilan seni hadrah dilakukan secara rutin setiap bulan awal pekan di hari Ahad. Cuma saat ini kita Shalawatan di minggu keempat (bulan ini) karena kami masih sibuk merenovasi masjid," ucapnya.

 

Ustadz Anwar menambahkan, pembacaan, istigotsah dan Shalawat, selain untuk mengharap ridha Allah dan syafaat Nabi Muhammad, juga sebagai ajang menjalin tali silaturahim baik antarpengurus NU Jepang maupun dengan sesama Pekerja Migran Indonesia (PMI). Dikatakannya, nuansa Shalawatan yang sangat khas Indonesia, cukup menarik minat PMI untuk datang dan memeriahkan pembacaaan Shalawat tersebut.

 

"Jadi begitu mendengar Shalawatan, kami ingat Indonesia, ingat kampung halaman," jelasnya.

 

Ustadz Anwar menegaskan, pihaknya akan terus berusaha untuk mencari peluang melantunkan  shalawat di berbagai daerah di Jepang. Hal ini untuk mengingatkan PMI bahwa mereka masih mempunyai budaya  yang laik digemakan di negeri rantau. Dikatakan Ustadz Anwar, yang menyukai Shalawatan bukan cuma PMI, tapi Muslim Jepang juga tak sedikit yang menyukainya.

 

"Kami ingin Shalawat menggema di sudut-sudut Jepang meski jarang," tuturnya.

 

Pewarta:  Aryudi A Razaq

Editor: Kendi Setiawan