Makkah, NU Online
Kerajaan Arab Saudi telah menahan seorang imam terkemuka Masjidil Haram, Syekh Saleh al-Talib. Imam dari Qabilah Fudhul itu ditangkap setelah menyampaikan dakwah yang isinya mengkritik kegiatan-kegiatan yang mencampuradukkan pria dan wanita dalam satu tempat.
Kelompok aktivis Prisoners of Conscience mengungkapkan kalau Syekh Saleh al-Talib ditangkap pada Ahad lalu usai ia berceramah dengan tema melawan kejahatan di depan umum. Demikian laporan Aljazeera, Kamis (23/8).
Senada dengan itu, laman Khaleej Online juga melaporkan, penangkapan Syekh Saleh al-Talib terjadi setelah dalam ceramahnya ia mengkritik percampuran pria dan wanita dalam konser dan kegiatan publik lainnya.
Dalam ceramahnya itu, Syekh Saleh al-Talib tidak langsung menunjuk pihak kerajaan Saudi. Namun demikian, dalam beberapa bulan terakhir Kerajaan Saudi terus melakukan reformasi untuk menyongsong Visi Saudi 2030. Salah satunya memperbolehkan perempuan untuk hadir di acara-acara publik seperti menonton konser atau bioskop dan bercampur dengan laki-laki.
Akun Twitter Syekh Saleh al-Talib dinonaktifkan beberapa jam setelah kabar penangkapannya berembus kencang.
Otoritas Saudi belum memberikan komentar terkait hal ini.
Sejak Muhammad bin Salman diangkat menjadi putera mahkota pada Juni 2017 lalu, puluhan imam, aktivis perempuan, dan bahkan anggota kerajaan telah banyak yang ditangkap.
Selain Syekh Saleh al-Talib, kerajaan sebelumnya juga menangkap beberapa pemuka agama seperti Salman al-Awdah, Awad al-Qarni, Farhan al-Malki, Mostafa Hassan, dan Safar al-Hawali.
Al-Awdah dan al-Qarni memiliki pengikut jutaan di media sosial. Keduanya ditangkap dengan tuduhan memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok Islam yang dimasukkan dalam daftar kelompok teroris di Saudi.
Sementara al-Hawali ditahan setelah menerbitkan buku yang isinya menyerang kerajaan Saudi dan menuduh sikap kerajaan terhadap Israel telah āmelunak.ā (Red: Muchlishon)Ā