Ribuan Massa Padati Washington DC, Tuntut Stop Genosida di Gaza dan Embargo Senjata
NU Online · Senin, 7 April 2025 | 09:00 WIB
Jakarta, NU Online
Ribuan massa memadati jalan-jalan utama di Washington DC, Amerika Serikat dalam aksi protes besar-besaran menuntut dihentikannya serangan Israel ke Jalur Gaza. Aksi protes besar-besaran yang menentang agresi militer Israel di Gaza ini berlangsung pada Sabtu (5/4/2025).
Dengan mengenakan atribut khas Palestina seperti syal keffiyeh, massa membawa bendera Palestina dan poster bertuliskan “Let Gaza Live”. Massa yang terdiri dari gabungan aktivis, mahasiswa, hingga warga sipil menuntut diakhirinya genosida di Jalur Gaza yang didukung penuh oleh pemerintahan Amerika Serikat, serta mendesak embargo senjata kepada Israel.
“Saya di sini untuk menuntut diakhirinya genosida. Saya di sini untuk menuntut embargo senjata dan saya di sini untuk menuntut diakhirinya deportasi dan penindasan terhadap gerakan Palestina,” ujar Roua, salah satu pengunjuk rasa, dikutip pada Senin (7/4/2025) dikutip dari The Real News Network.
Sementara itu, Aktivis HAM, Omar Suleiman, mengatakan bahwa aksi tersebut bukan hanya ekspresi kemarahan, tetapi bentuk nyata dari solidaritas global. “Untuk setiap warga Palestina yang kalian bunuh, seribu orang akan bangkit,” ujarnya, dikutip dari kanal YouTube Omar Suleiman, Senin (7/4/2025).
“Untuk setiap suara yang kalian coba bungkam, sejuta orang akan berbicara menggantikan mereka. Setiap kali kalian mencoba mengosongkan jalan, kami akan mengisi jalan dengan kebenaran,” imbuh dia.
Dilansir dari kantor berita Palestina WAFA, otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 telah meningkat menjadi 50.695 kematian yang terdokumentasi dengan 115.338 orang lainnya mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Layanan darurat disebut masih belum dapat menjangkau banyak korban dan mayat yang terjebak di bawah reruntuhan atau berserakan di jalan, lantaran militer Israel terus menargetkan ambulans.
Sejak Israel mengakhiri gencatan senjata pada Selasa (18/3/2025) lalu, Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina atau United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) mencatat bahwa rata-rata 100 anak Palestina tewas atau terluka setiap harinya.
Runtuhnya gencatan senjata memicu pengungsian massal lebih dari 142.000 orang hanya dalam waktu lima hari. Total 1,9 juta warga, termasuk anak-anak kini mengalami pengungsian berulang kali.
“Mengerikan. Setidaknya 100 anak dilaporkan terbunuh atau terluka setiap harinya di Gaza, sejak penyerangan kembali terjadi pada 18 Maret, menurut UNICEF,” ujar Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, dikutip, Sabtu (5/5/2024).
“Ini adalah noda pada kemanusiaan kita bersama. Tidak ada yang membenarkan pembunuhan anak-anak di mana pun mereka berada. Lanjutkan #ceasefirenow (gencata senjata),” lanjutnya.
Terpopuler
1
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
2
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
3
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
4
Negara G7 Dukung Israel, Dubes Iran Tegaskan Hindari Perluasan Wilayah Konflik
5
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
6
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
Terkini
Lihat Semua