Internasional

Pertemuan Kementerian Pemuda Sedunia, Indonesia Mapankan Nilai Kemanusiaan Universal

NU Online  ·  Senin, 24 Juni 2019 | 02:45 WIB

Pertemuan Kementerian Pemuda Sedunia, Indonesia Mapankan Nilai Kemanusiaan Universal

Pertemuan Menteri Pemuda Sedunia di Lisbon Portugal.

Jakarta, NU Online
Pertemuan Menteri Pemuda Sedunia yang dilaksanakan di Lisbon Portugal, Jumat (21/6) hingga Ahad (23/6) kemarin secara resmi ditutup.

Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) H Asrorun Niam Sholeh yang menjadi Ketua Delegasi dalam pertemuan tersebut menyatakan, Indonesia dalam statemennya pada forum tersebut menyampaikan terus berupaya keras menjadi negara maritim yang memapankan nilai-nilai kemanusiaan universal, toleransi, dan kebinekaan.

"Juga senantiasa mempromosikan demokrasi,  penghargaan terhadap hak asasi, dan meneguhkan diri sebagai negara yang mengharmonikan nilai Islam dan demokrasi dapat berjalan secara harmoni," kata Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu.

Dengan nilai-nilai ini, tambah Niam, diharapkan pemuda Indonesia ke depan memainkan peran sangat signifikan sebagai agen perdaban bagi masa depan bangsa dan memberikan sumbangsih besar bagi perdamaian dunia.

"Kita punya tanggung jawab untuk menyediakan ruang partisipasi kaum muda sebagai bagian dari masyarakat global agar berkontribusi positif dalam membangun peradaban. Islam sebagai agama mayoritas bangsa Indonesia harus menjadi spirit mewujudkan masyarakat beradab, toleran, terbuka, dan demokratis," ujarnya.

Acara World Conference of Ministers Responsible for Youth dan Youth Forum 2019 ini menghasilkan kesepakatan yang tertuang dalam Deklarasi Lisboa +21, yang terdiri dari 19 butir. 

Deklarasi yang dibacakan oleh Duta Sekjen PBB untuk Urusan Kepemudaan Jayathma Wicramanayake itu di antaranya memuat tentang komitmen pemenuhan hak dan kebebasan asasi dalam mendorong partisipasi kaum muda, penyusunan kebijakan pengembangan kepemudaan dengan pendekatan partisipatif dan mendukung pencapaian SDGs, pengembangan program dan kebijakan pencegahan kekerasan dan diskriminasi di kalangan kaum muda.

Selain itu, deklarasi tersebut juga memuat program lingkungan untuk partisipasi mencegah dampak buruk akibat perubahan iklim dan isu-isu terkait hak kesehatan, pendidikan, dan partisipasi kaum muda dalam pembangunan. 

Acara ini ditutup secara resmi oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres. Dalam sambutan penutupan, Gutteres menyampaikan soal tantangan pengangguran global akibat teknologi.

"Banyak lapangan pekerjaan berkurang digantikan teknologi. Ini ancaman bagi generasi muda," ujar mantan Perdana Menteri Purtugal ini.  

Terkait dengan perubahan iklim yang terjadi, Guterres menegaskan bahwa generasi seusiannya telah gagal menanggapi tantangan darurat iklim secara memadai dan sekarang berharap bahwa kaum muda dapat dan harus memimpin perjuangan ini. (Syakir NF/Kendi Setiawan)