Perlu Rekontekstualisasi Agama-agama Ibrahimiyah di Abad 21
Jum, 17 Januari 2020 | 09:00 WIB
āHarus diakui, ada norma-norma ortodoksi yang memang masih mendorong segregasi, diskriminasi dan konflik,ā kata kiai yang akrab disapa Gus Yahya ini. āNorma-norma itu harus dihadapkan dengan konteks realitas globalisasi abad ke-21 ini, yaitu bahwa konflik antaragama tidak mungkin lagi dilokalisir sehingga akan memicu benturan universal yang kaotik dan sudah pasti pada ujungnya akan meruntuhkan seluruh peradaban dunia.ā
Gus Yahya kemudian memaparkan upaya-upaya rekontekstualisasi fiqih yang telah dilakukan di lingkungan NU sejak 1984, yaitu ketika Rais Am KH Achmad Shiddiq meletakkan kerangka teologis bagi ukhuwwah basyariyyah atau persaudaraan sesama umat manusia.
āPada bulan Februari 2019 yang lalu, Musyawarah Nasional Alim-ulama NU menetapkan bahwa kategori kafir tidak lagi relevan untuk di ruang publik dalam konteks negara-bangsa modern. Dimensi sosial-politik dari terma kafir sebenarnya terkait konteks keberadaan satu teokrasi tunggal yang universal, yang sekarang sudah tidak ada lagiā.
Monsignor Khaled Akasheh, seorang uskup Katholik asal Yornadia, menyatakan amat terharu mendengar semua paparan itu.
āIni adalah perwujudan mimpi saya selama 25 tahunā, katanya.
Selanjutnya ia menegaskan bahwa bukan hanya Islam yang perlu melakukan rekontekstualisasi semacam itu, semua agama-agama dari keluarga Ibrahimiyah harus melakukannya. Ia pun menjelaskan bahwa Gereja Katholik telah memulai upaya yersebut sejak didirikannya Dewan Ekumenikal Vatikan Kedua pada masa Paus Johanes XXIII, tahun 1962.
āAgama-agama Ibrahimiyyah harus merenungkan kembali hakikat kehadiran dan perannya dalam konteks realitas Abad ke-21 ini,ā tegasnya.
Wakil dari kalangan Yahudi ultra-ortodoks Israel serta-merta menyambut ajakan itu dengan antusias. Rabinat Adina Bar-Shalom, puteri mendiang Rabi Ovadia Yosef yang dulu adalah Rabbi Kepala (Chief Rabbi) Sephardi yang paling berpengaruh di kalangan Yahudi ultra-ortodoks di Israel, mengajak untuk menciptakan momentum bersama, misalnya dengan menggalang pertemuan pemimpin-pemimpin agama Ibrahimiyah untuk mendialogkan topik tersebut. Ia bertekad untuk memobilisasi seluruh komunitas Yahudi ortodoks di Israel untuk ikut serta dan sungguh-sungguh terlibat dalam pergulatan rekontekstualisasi itu.
Dengan emosional ia mengatakan, āSegala kekerasan dan pembunuhan ini harus dihentikan! Seluruh hamparan tanah di muka bumi ini tak sebanding nilainya dengan satu nyawa manusia!ā
Di akhir forum disepakati bahwa dalam 45 hari ke depan akan diumumkan negara mana yang akan menjadi tujuan kiprah AFI, yaitu setelah mendapatkan persetujuan dari otoritas setempat.
Editor: Abdullah Alawi
Ā
Terpopuler
1
Daftar Tanggal Merah Bulan Mei 2024; Ada 2 Libur Panjang
2
Hasil Sidang Sengketa Pilpres 2024: Seluruh Permohonan Anies-Muhaimin Ditolak MK
3
Ketika Cuaca Buruk Bolehkah Mengumandangkan Adzan Shallu fi Rihalikum atau fi Buyutikum?
4
Ini Profil Delapan Hakim MK yang Putuskan Sengketa Pilpres 2024
5
Mandi Malam Sebabkan Rematik, Mitos atau Fakta?
6
Flu dan Batuk Tak Kunjung Sembuh, Ketahui Penyebab dan Cara Mengobatinya
Terkini
Lihat Semua