Internasional

Peneliti Jewish Studies Ungkap Peluang NU untuk Bantu Palestina

Sel, 30 Juni 2020 | 11:45 WIB

Peneliti Jewish Studies Ungkap Peluang NU untuk Bantu Palestina

NU pada posisi yang jelas. Jadi NU mendoakan Palestina untuk merdeka, bebas konflik dan sekaligus mendorong Israel mengakui kemerdekaan Palestina

Jakarta, NU Online 
Peneliti Jewish Studies Munawir Aziz sangat mengapresiasi Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair al-Shaun yang mengundang Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menjadi salah seorang pembicara di forum dunia Islam untuk membahas perdamaian di negaranya melalui Zoom, Senin (29/6) malam. Munawir juga mengapresiasi Kiai Said yang bersedia berpartisipasi. 
 

“Sudah tepat Kiai Said diminta untuk bicara Palestina karena NU tak pernah berhenti mendokan dan sekaligus membela Palestina sejak awal NU berdiri. Isu-isu Palestina menjadi penting bagi NU, bisa dicek sejarahnya di beberapa arsip,” kata peneliti yang sedang studi di Inggris ini, ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (29/6).  


Yang jelas, katanya, sejak zaman Hadratussyekh KH Hasym Asy’ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Wahid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) KH Yahya Cholil Staquf, hingga sekarang, NU melakukan diplomasi untuk mendamaikan dunia, terutama konflik Palestina dan Israel yang tidak pernah berhenti. 


“NU pada posisi yang jelas. Jadi NU mendoakan Palestina untuk merdeka, bebas konflik dan sekaligus mendorong Israel mengakui kemerdekaan Palestina,” katanya. 


NU, sambung peneliti yang menyiapkan buku Melawan Antisemitisme: dari Konflik Israel-Palestina hingga Yahudi-Islam (proses terbit, 2020), merupakan representasi Islam Indonesia yang  punya perhatian terhadap isu internasional. Ini tak lain karena akar NU sejak berdiri menjadi organisasi yang kosmopolit, terkoneksi dengan isu-isu global. 


“Dalam hal ini, NU sejak awal berdiri, berkorelasi dengan isu timur tengah terkait Hijaz, itu menjadi consern NU. NU bukan organisasi lokal, tapi global yang bertujuan untuk menebarkan Islam rahmatan lil alamin,” katanya. 


Dalam hal ini, lanjut Munawir, NU melengkapi diplomasi pemerintah Indonesia. Sebagaimana diketahui, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu) selalu mendukung penuh Palestina. Dengan demikian, NU menjadi lapis kedua diplomasi politik pemerintah Indonesia terkait isu Palestina dan Israel.


Karena itulah, NU perlu mendorong lebih jauh perdamaian Palestina dan Israel dengan membangun komunikasi dengan berbagai komunitas dunia, Yahudi. 


“Jadi, tidak pada satu sisi. Oke, kita membela kedaulatan Palestina sebagaimana yang dikatakan Kiai Said Palestina sebagai ashabul haq (Palestina berada pada pihak yang benar), tapi kita harus melihat realitas, perdamaian itu harus dari kedua sisi. Makanya nu harus berada di dua sisi, baik pemerintahannya maupun komunitasnya,” jelasnya.  


NU, lanjutnya, punya peluang besar untuk diterima karena kekuatan sosial dan kultur yang serta jaringan yang  berpengaruh di dunia global. 


“Saya kira membangun dialog yang lebih luas baik kelompok di Palestina dan Israel dan negara lain. Kalau NU bisa membangun komunikasi dengan kelompok Taliban dalam perdamaian di Afghanistan, dalam hal ini NU bisa menginisiasi dialog antarumat di Palestina dan Israel. NU juga bisa mengajak komunitas agama lain, baik di Indonesia maupun di negara lain untuk melakukannya,” pungkasnya. 


Pewarta: Abdullah Alawi 
Editor: Fathoni Ahmad