Internasional

Muslim di Meksiko Berkembang Pesat

NU Online  ·  Senin, 9 September 2013 | 10:23 WIB

Jakarta, NU Online
Ketika warga Marokko, Said Louahabi tiba di Meksiko City 1994, dia harus menjalankan ibadah di kedutaan Pakistan karena belum ada masjid atau islamic center.
<>
“Saya langsung mencari saudara sesama Muslim dan masjid ketika saya pertama kali tiba,” kata Louahabi, seorang guru bahasa Inggris pada Fox News Latino. “Waktu itu, kami bertemu di kedutaan Pakistan, dan hanya ada 80 orang- sebagian besar dari kami orang asing.”

Saat ini, Louahabi bersembahyang bersama ratusan Muslim, dengan orang asing dan warga Meksiko di sebuah bangunan berlantai tiga di Pusat Pendidikan Muslim di kawasan kelas atas di Anzures.

Jum’atan dilaksanakan di Islamic Center dalam bahasa Arab dan Spanyol. Masjid penuh sesak dengan beragam latar belakang, orang Meksiko yang masuk Islam, ekspatriat, staff kedutaan dari Timur Tengah, Afrika, Pakistan dan Asia Tengah. Islamic Center bahkan memiliki tim sepak bola.

Masjid mulai buka sebelum Ramadhan Juli lalu. Banyak mualaf asal Meksiko yang terkesan dengan agama baru yang dipeluknya ini.

“Saya menggunakan internet dan buku-buku untuk belajar Islam,” kata Alexander Huttanos, seorang pilot, yang merubah namanya menjadi Ahmed Abbas. “Islam telah masuk jauh di Meksiko.”

Dia menghabiskan banyak waktu untuk meneliti perbedaan antara berbagai agama dan keyakinan sebelum membuat keputusan final.

“Saya mempelajari banyak agama, dari Kristen, Budha, Yahudi, dan agama-agama Afrika, sampai akhirnya saya menemukan Islam,” tambahnya.

“Jalan Allah itu sangat misterius,” kata Omar Remy, seorang Meksiko yang memeluk Islam setelah kunjungannya ke Mesir pada 1979 dan sekarang bekerja di Pusat Komunitas Pendidikan. 

“Intenet banyak membantu untuk saling berkomunikasi dan melakukan eksplorasi pengetahuan agama,” katanya.

Menurut Louahabi, banyak orang Meksiko akhirnya memeluk Islam setelah terjadinya serangan 9-11 di Amerika yang menarik perhatian mereka tentang agama Islam.

“Saya pikir Islam berkembang pesat sebagian besar karena perkembangan internet, dan apa yang terjadi pada 11 September,” katanya, “Orang menjadi terbangun, menggali dan mencari untuk mengetahui apakah kita ini benar-benar teroris.”

Dan banyak yang menyadari bahwa hal tersebut tidaklah benar, kata Louahabi.

“Yang terjadi sesungguhnya adalah sebaliknya dari apa yang dituduhkan media. Islam menentang terorisme,” tegasnya.

Estimasi tentang jumlah pemeluk Islam di Meksiko sangat lebar. Sebagai contoh, pemerintah Meksiko memperkirakan terdapat sekitar 3,700 Muslims di negeri tersebut, sementara Pew Forum on Religion and Public Life yang berbasis di Washington memperkirakan jumlah Muslim sekitar 110,000.

Disamping soal jumlah, tak ada keraguan bahwa komunitas ini berkembang cepat.

“Islam berkembang cepat, sangat cepat,” kata,” kata Louahabi dengan merujuk pada pengalaman pribadinya.

“Terdapat banyak kesamaan antara Nasrani dan Yahudi, sehingga tidak terlalu sulit untuk memahami dan memeluknya,” kata Eduardo Luis Leajos Frias, seorang Meksiko yang memeluk Islam dan merubah namanya menjadi Lokman Idris.

“Islam akan terus terkembang,” tambahnya. “Pertumbuhannya sebanding dengan kelompok Evangelis dalam beberapa tahun terakhir ini.”

Diantara anggota paling penting komunitas Muslim di Meksiko adalah Mark Omar Weston, mualaf kelahiran Inggirs. Sebelumnya ia adalah professional kelas dunia olah raga ski air. Dia mengelola hotel dan Islamic Center di negara bagian Morelos. Hotel ini menyediakan makanan halal.

“Sebagian besar mualaf  Meksiko menemukan Islam melalui internet,” katanya dalam wawancara dengan Fox News Latino. “Fenomena ini seperti Evangelis, atau pengikut tradisi al Kitab lainnya yang sekarang ada di negeri ini.”

Menurut Zidane Zeraoui al Awad, profesor hubungan internasional di the Technological Institute of Monterrey, Islam di Mexico dapat dilihat sejak penaklukan oleh Spanyol. 

“Di seluruh Amerika Latin, Islam datang bersamaan dengan kolonialisme Spanyol.”

Tetapi Islam waktu itu dipraktekkan secara diam-diam, oleh para pengikutnya yang dipaksa berpindah ke agama Katolik.

Zeraoui menambahkan ketika banyak anak dari imigran Muslim kehilangan agama mereka, jumlah pemeluk Islam terus berkembang karena tubuhnya pemeluk baru.

“Di satu sisi, anak-anak (imigran) Muslim cenderung menjadi non Muslim, tetapi Islam bertumbuh melalui perpindahan keyakinan dari agama lain. Mereka merupakan kompensasi dari hilangnya Islam dari pemeluk aslinya.”

“Terdapat sedikit perbedaan kultural antara imigran Muslim yang menjalankan agama dengan serius dan mualaf asal Meksiko yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi,” kata Omar Weston.

“Tetapi pada umumnya, remaja dan para pemuda usia 20-an melihat adanya pilihan lain, tambahnya. “Saya pikir pendidikan secara keseluruhan membantu orang lebih terbuka terhadap Islam.”

Meskipun masih merupakan komunitas kecil dibandingkan dengan di Amerika Latin lainnya, komunitas Muslim di Meksiko sangat tersebar. Di Meksiko City saja, terdapat organisasi Wanita Syiah, organisasi sufi yang dipimpin oleh dua orang wanita, dan sebuah organisasi Salafi fundamentalis yang dijalankan oleh Muhammed Ruiz al-Mekisi, seorang Meksiko yang masuk Islam.

Sebagai tambahan, di selatan negara bagian Chiapas, terdapat komunitas kecil suku asli Maya yang masuk Islam atas dakwah dari anggota gerakan Muhabitun dunia yang berbasis di Spanyol. Suku Maya tersebut menggabungkan ajaran Islam dengan tradisi mereka.

“Disini, kita melihat satu bentuk Islam yang beradaptasi dengan tradisi lokal,” kata Zeraoui said. “Mereka menempatkan adat sebagai agama, seperti yang dilakukan oleh Katolik dalam periode kolonial.”

Secara persentase, populasi Muslim terbesar di Amerika berada di Suriname, yang mana satu diantara lima orang adalah Muslim, menurut data CIA World Factbook 2013. Komunitas Muslim yang signifikan juga ada di Guyana, Trinidad and Tobago, Argentina and Brazil. (Mukafi Niam)