Internasional

Merasakan Lebaran di Hongkong sebagai Buruh Migran

NU Online  ·  Senin, 20 Juli 2015 | 10:00 WIB

Hongkong, NU Online
Di sini saya berbagi sedikit cerita tentang hari raya di Hongkong sebagai buruh migran Indonesia (BMI). Hari raya Idul Fitri di Hongkong tahun ini jatuh pada hari Sabtu 18 Juli 2015, berbeda sehari dengan negara-negara lain yang sudah merayakan di hari Jum’at seperti Indonesia khususnya tempat asal saya, Kab. Brebes - Jateng. 
<><>
Sebelumnya pun di Hongkong ada sedikit perbedaan terkait kapan tepatnya hari raya dan shalat Ied. Tapi teman-teman sesama BMI cepat sekali mendapatkan pemberitahuan lewat media fb/wa/twitter bahwa hari Jum’at masih puasa dan Sabtu hari besarnya menurut Islamic Union Hongkong.

Tentang shalat Ied, KJRI telah menyewa lapangan Victory Park untuk kegiatan shalat Idul Fitri, dan organisasi Dompet Dhuafa pun membuka shalat Ied jamaah di tempat (daerah) lainnya di Hongkong dengan tujuan agar memudahkan para BMI untuk menunaikan ibadah sunah ini.

Awal pagi sekali di hari Sabtunya sebagian tempat di Hongkong diguyur hujan sebentar, mungkin sebagai tanda keberkahan Allah SWT di Hongkong menyambut kemenangan setelah sebulan berpuasa, seakan Allah SWT meridhoi kami merayakan hari raya di sini. Haru biru senang sedih di hati kami bercampur aduk karena jauh dari sanak saudara kami, walau begitu takbir terus bergema di hati kami.

Setelah satu jam perjalanan dari tempat saya menuju lapangan Victory, terdapat tiga pintu masuk utama yaitu pintu A, B, C dan para panitia memberi petunjuk mengatur jalan agar tetap tertib tanpa mengganggu warga setempat yang melakukan kegiatan lainnya.

Seperti yang dijadwalkan, pukul 8.30 waktu setempat masih bertakbir dan para panitia sibuk mengatur shof jamaah serta memberitahukan segera akan dilaksanakan sholat Ied. 

Khotbah yang disampaikan oleh khatib menyampaikan pesan tentang "arti hidup kita sesungguhnya adalah amanah dari Allah.. Dan akan dipertanyakan kelak apa-apa dan bagaimana yg ada pada diri kita dan apapun yang diamanahkan untuk kita...". Air mata jatuh tak tertahankan mendengarkan ceramah sang Khotib mengingat dosa-dosa, dan bahkan sampai detik ini pun masih belum bisa malaksanakan ibadah dengan sebaik mungkin.
Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa Kita di masa lalu, menerima amal ibadah kita, dan semoga Allah SWT menghendaki kita mati dalam keadaan khusnul khotimah aamiin aamiin Ya Robbal alaamiin...

Taqobalallahuminna wa minkum shiyamana wa shiyamakum Minal aidhin wal faizin Mohon maaf lahir batin 1 syawal 1436 H.

Laporan dari Siska PS, buruh migrant Indonesia di Hongkong