Internasional HAJI 2025

Ketika Jamaah Haji Indonesia Menyemut di Pasar Kaget Makkah

NU Online  ·  Rabu, 28 Mei 2025 | 16:30 WIB

Ketika Jamaah Haji Indonesia Menyemut di Pasar Kaget Makkah

Jamaah haji Indonesia sedang belanja di pasar kaget Sektor 2 Syisyah, Makkah, 26 Mei 2025 pagi. (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)

Makkah, NU Online

Nama pasar kaget sangat familiar di Tanah Air Indonesia. Lantas, seperti apa jika pasar serupa di Makkah, Arab Saudi? Ternyata tak ada bedanya.


Sebab para pelapak memanfaatkan padatnya jamaah haji Indonesia untuk menggelar dagangannya secara tiba-tiba di lokasi-lokasi terdekat jamaah Indonesia menginap. Benar saja, jamaah haji langsung menyemut untuk membeli jajanan, makanan, hingga oleh-oleh khas haji, di antaranya kacang Arab, coklat, sorban, minyak wangi, tasbih, sajadah, dan peci.


Salah satu pasar kaget terdapat di Sektor 2 Syisyah Makkah. Tepatnya di Masjid Luluat Talayie. Masjid yang menjadi lokasi jamaah haji Indonesia Sektor 2 untuk shalat berjamaah itu dipadati orang-orang Indonesia setiap bakda subuh untuk menyerbu dagangan.


Salah satunya jamaah haji bernama Andi Misbah Yanti asal Pare-Pare. Perempuan berusia 36 tahun itu terlihat menenteng belanjaan di kedua tangannya.


"Ayo Indonesia belanja, Indonesia belanja," ucap dia sambil mengangkat barang belanjaannya ditemui di lokasi pasar kaget, pada Senin (26/5/2025).


Kantong plastik yang ia tenteng berisi sajadah dan peci. Ia juga membeli beberapa makanan untuk sarapan pagi. Yanti mengaku telah berkeliling dari lapak ke lapak sejak setelah subuhan di masjid.


Berbeda dengan Yanti, Trifando Lasalewo (49) masih mencari-cari oleh-oleh. Jamaah haji asal Gorontalo ini juga sudah sejak subuh berada di lokasi pasar kaget.


"Enak dekat, nggak usah jauh-jauh," kata Trifando. Ia mengaku sedang mencari oleh-oleh untuk keluarga, saudara, dan tetangganya.


Hal yang menarik adalah setiap pedagang seolah sudah fasih berbahasa Indonesia meski hanya beberapa kata-kata dasar dalam transaksi jual-beli. Mereka merupakan pedagang musiman yang buka lapak setiap musim haji dan sasaran konsumennya adalah jamaah haji Indonesia.


Penjaga lapak tidak hanya orang dewasa dan orang tua, tetapi juga anak-anak seusia sekolah dasar. Mereka juga fasih menyebutkan nominal-nominal rupiah dengan masih menyematkan sebutkan "Jokowi". Meski ada beberapa ibu-ibu yang protes karena saat ini sudah berganti ke Prabowo. Mereka langsung menyebut "Prabowo".


“Ayo, ayo, ayo. Jokowi, Jokowi, Jokowi,” teriak salah seorang pedagang kacang.


Lelaki bergamis putih dan berkumis tebal itu terus berteriak sembari sibuk melayani emak-emak yang mengelilingi lapak di mobilnya. Dia memanfaat mobil baknya untuk menjajakan kacang Arabnya.


Nama Jokowi itu dimaknai mereka sebagai mata uang rupiah. Ya, selain pakai riyal, pembeli tetap bisa menggunakan rupiah.


Misalnya, 1 serban Kashmiri berukuran besar dihargai  40 Riyal. Maka, untuk memudahkan konversi ke rupiah, penjual itu menyebut,


"Dua ratus ribu Jokowi, halal,” katanya.

 


Jadwal kepulangan jamaah di Sektor 2 rata-rata masih lama. Mereka baru tiba 13 hari lalu. Tetapi, sudah begitu bergairah belanja untuk oleh-oleh.


Misalnya saja jamaah haji asal Jepara, Ahmad Sobirin (60) yang memborong 6 kilogram cokelat. Cokelat ini akan dibagi ke rekan-rekannya di hotel. Jamaah asal Kloter 43 Embarkasi Solo (SOC) ini menghabiskan Rp700 ribu untuk membeli cokelat.


"Cokelatnya untuk dibagi-bagi di hotel. Kalau ada sisa dibawa pulang ke Jepara,” kata Ahmad Sobirin sambil memanggul coklat yang sudah rapi di dalam dus.


Pasar-pasar serupa dan toko oleh-oleh biasanya makin ramai setelah jamaah haji melaksanakan keseluruhan ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Jamaah yang belanjaannya banyak akan dipaketkan ke Tanah Air. Tak sedikit pula yang memilih belanja di Indonesia karena keterbatasan bagasi pesawat.