Internasional

Kelompok Teroris Kini Berlomba Menjadi yang Paling Brutal

NU Online  ·  Kamis, 18 Desember 2014 | 19:09 WIB

Jakarta, NU Online
Mudah untuk mengategorikan orang-orang yang merencanakan pembunuhan keji atas 132 anak sekolah sebagai individu sakit, gila, dan sama sekali tak punya rasa kemanusiaan.<>

Namun, sayangnya, serangan Taliban Pakistan di sebuah sekolah di Peshawar, Selasa—salah satu tragedi terbesar di negara itu—kemungkinan buah dari analisis biaya-manfaat yang rasional. Intinya, dalam bisnis teror, kekejian menjadi cara yang paling efektif. Demikian laporan yang dilansir oleh Wall Street Journal.

Setidaknya itulah pelajaran yang dipetik kelompok ekstremis di seluruh dunia dari ketenaran dadakan Daulah Islamiyah alias ISIS di Irak dan Suriah. Organisasi itu memakai video pemenggalan orang dan eksekusi massal tahanan sebagai senjata psikologis yang ampuh.

“Sayangnya, kekerasan seperti ini menghasilkan uang, dukungan, dan rekrutan dari seluruh dunia. Kekejian diproyeksikan sebagai cara untuk menang,” kata Professor Ahmad Moussalli, peneliti spesialis gerakan Islam garis keras di American University of Beirut.

Eskalasi kekejian ini mendorong banyak kelompok ekstremis berlomba-lomba jadi yang paling kejam agar menggegerkan dunia. Apalagi setelah nama ISIS dikenal global dan menuntut semua Muslim mematuhi aturannya.

Boko Haram dari Nigeria—yang menculik lebih dari 270 anak sekolah April lalu dan “menikahkan” mereka ke anggotanya—dihadapkan pada tekanan serupa, saat mereka tetap ingin independen.

Taliban Pakistan sebelumnya tidak pernah secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas sebuah serangan. Misalnya, dalam pengeboman tahun lalu di sebuah gereja di Peshawar yang menewaskan sedikitnya 127 orang. Namun Selasa kemarin, mereka menyombongkan aksinya membunuh massal anak-anak sekolah di Peshawar.

“Ini adalah kontes antara Taliban Pakistan, Boko Haram, dan ISIS—dan sepertinya Taliban Pakistan kali ini berada di puncak liga barbar,” kata Salman Shaikh, direktur Brookings Doha Center di Qatar.

Kekejian ini tentunya tidak hanya dimaksudkan untuk mengesankan pendukung, dan calon pendukung, kelompok jihad. Tujuan serangan mematikan sejak dulu adalah untuk menyebar teror—formula ISIS tahun ini di Irak.

Dengan logika semacam ini, membantai lebih dari 130 anak-anak di Peshawar adalah strategi bisnis yang efektif, ujar Syed Hussain Soherwordi, ahli terorisme internasional di Peshawar University.

“Bagi teroris, targetnya harus [orang-orang] yang sepolos mungkin, demi mengejutkan orang dan untuk membuat orang berpikir hal ini tidak akan terjadi lagi jika permintaan teroris dipenuhi,” kata Soherwordi.

Meski demikian, strategi ini tidak bebas risiko. Di beberapa negara, kemarahan dan kecaman publik justru dapat membawa hasil yang berlawanan. Tentangan dari masyarakat bisa mempermudah aparat menggelar penindakan yang efektif atas teroris.

Bagaimanapun, saat Pakistan berkabung, masih belum diketahui apakah Taliban salah hitung dan apakah pembunuhan massal di Peshawar ini justru merugikan mereka. (mukafi niam) foto: reuters