Internasional

Kekhawatiran Australia Jika Pulangkan Keluarga Militan ISIS

Jum, 11 Oktober 2019 | 04:35 WIB

Kekhawatiran Australia Jika Pulangkan Keluarga Militan ISIS

Suasana di kamp al-hawl, suriah utara. (Foto: BBC)

Canberra, NU Online
Menteri Dalam Negeri Australia, Peter Dutton menilai, pemulangan keluarga militan ISIS berpotensi mendatangkan serangan teror besar di Negeri Kanguru tersebut jika pemerintah membantu memulangkan mereka dari Suriah.

Hal itu karena, sesuai masukan yang diterima Dutton, perempuan dari keluarga ISIS adalah ‘kelompok garis keras,’ mengingat suami mereka rela mengorbankan dirinya demi kelompok teror ISIS.

“Mereka ini dalam penilaian kami, tidak semua, hanya beberapa diantara mereka memiliki potensi dan kapasitas untuk kembali ke sini dan membuat kekacauan yang memakan korban besar," kata Dutton kepada Radio 2GB, dilansir laman abc.net.au, Kamis (10/10).

Oleh sebab itu, lanjutnya, adalah hal yang tidak mengejutkan apabila pemerintah Australia tidak menjemput mereka di kamp-kamp pengungsian di Suriah. 

Dilaporkan, ada sekitar 20 perempuan dan 44 anak-anak asal Australia yang masih berada di kamp pengungsian al-Hawl, Suriah Utara. Mereka ditampung di sana setelah suami mereka yang tergabung dalam ISIS tewas dalam pertempuran melawan otoritas setempat.
 
Sebagian dari mereka mengaku dijebak untuk pergi ke Suriah. Mereka kemudian meminta pemerintah Australia untuk memulangkannya. 

Namun hal itu dibantah Dutton. Dia megatakan, para wanita asal Australia tersebut tidak dibujuk atau ditipu oleh pacar atau suaminya untuk berangkat di Suriah. Namun mereka datang ke sana atas kehendak sendiri.

“Mereka pergi dengan sukarela dan memiliki pandangan yang sama fundamentalnya dengan teroris pria yang kita lihat berjuang di Suriah dan Irak,” sebutnya. 

Australia menindak tegas warganya yang bergabung dengan ISIS, termasuk mencabut status kewarganegarannya. Menurut data Departemen Dalam Negeri Australia, setidaknya ada 17 warga Australia, yang memiliki kewarganegaraan ganda dan bergabung ISIS, dicabut kewarganegaraan Australianya.
 
Tidak ada rincian detail mengenai hal ini. Begitupun dengan status 20 perempuan Australia yang masih berada di kamp al-Hawl, Suriah.

Meski demikian, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, menegaskan bahwa anak-anak pejuang ISIS asal Australia tersebut tidak akan dicabut hak-hak kewarganegaraannya.
 
Sebelumnya, pemerintah Australia pernah memulangkan delapan anak dari satu pasangan pejuang ISIS dari Suriah pada Juni lalu. Anak-anak tersebut kini berada di bawah perawatan otoritas Australia.

Pewarta: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad