Internasional

Kaleidoskop 2019: Enam Reformasi Sosial yang Dilakukan Arab Saudi

Jum, 27 Desember 2019 | 12:00 WIB

Kaleidoskop 2019: Enam Reformasi Sosial yang Dilakukan Arab Saudi

Bendera Kerajaan Arab Saudi. (Foto: Daily Express)

Jakarta, NU Online
Sejak dua tahun terakhir, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) melakukan sejumlah reformasi di tubuh Kerajaan untuk menyukseskan Visi 2030. Hal-hal yang sebelumnya dilarang, kini diperbolehkan demi mencapai target Visi 2030. 

Target dari ‘proyek’ ini di antaranya melepaskan ketergantungan pada minyak tahun 2030, meningkatkan ekspor non-minyak 50 persen, menurunkan pengangguran dari 11,6 persen menjadi 7 persen, meningkatkan kontribusi sektor swasta dari 40 persen menjadi 65 persen, dan meningkatkan partisipasi wanita di ruang-ruang publik dari 20 persen menjadi 35 persen.

Untuk itu, Saudi mencanangkan beberapa reformasi sosial untuk menunjang terwujudnya Visi 2030. Berikut enam reformasi sosial yang dilakukan Saudi sepanjang 2019:

Pertama, perempuan boleh bepergian sendiri. Otoritas Arab Saudi resmi menerapkan aturan baru terkait izin bepergian bagi perempuan pada Rabu, (21/8/2019). Kini perempuan Saudi yang berusia 21 tahun ke atas diizinkan memiliki paspor sendiri dan bisa bepergian tanpa harus izin terlebih dahulu dari walinya. 

"Departemen Paspor dan Urusan Sipil di semua wilayah di Arab Saudi telah mulai menerima pendaftaran bagi perempuan berusia 21 tahun dan lebih untuk memperbarui paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin," kicau departemen tersebut melalui Twitter, Rabu (21/8).

Aturan ini menjadi ‘angin segar’ bagi kaum hawa Saudi karena mereka juga akan mendapatkan hak untuk mendaftarkan kelahiran, perkawinan, atau perceraian secara resmi. Dengan peraturan ini, perempuan Saudi juga bisa menjadi wali dari anak-anaknya secara sah, sebagaimana laki-laki Saudi. 

Sebelumnya, sistem perwalian Saudi mewajibkan perempuan harus mendapatkan izin dari walinya jika mereka ingin bepergian, menikah, dan bahkan bercerai. Secara langsung, sistem ini membuat laki-laki memiliki kendali penuh atas perempuan. Yang disebut wali di sini biasanya meliputi ayah, suami, saudara laki-laki, anak laki-laki, atau paman. 

Sistem perwalian seringkali ‘disalahgunakan’ sehingga membuat perempuan Saudi kabur dari negaranya dan mencari suaka dari negara lainnya. Setelah dianggap merugikan perempuan dan dikecam dunia internasional, Saudi kemudian melakukan revisi aturan tersebut.

Kedua, guru perempuan mengajar siswa laki-laki di sekolah negeri. Guru perempuan kini diperbolehkan mengajar siswa laki-laki di sekolah negeri di seluruh Kerajaan Saudi untuk pertama kalinya. 

Asisten Direktur Jenderal Pendidikan Kementerian Pendidikan Arab Saudi, Suaad al-Mansour mengatakan, melalui kebijakan ini pihaknya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi sistem pendidikan dan memastikan setiap anak memiliki akses ke pendidikan berkualitas di seluruh Kerajaan. Selain itu, Kementerian Pendidikan Saudi juga bertujuan meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang dan memanfaatkan penuh gedung sekolah umum.

“Proyek ini akan menjembatani kesenjangan yang dihadapi anak laki-laki muda setelah pindah dari TK ke sekolah dasar. Kelas-kelas di sekolah anak usia dini dirancang khusus agar sesuai dengan kebutuhan mereka pada usia ini, dan diajar perempuan akan memberi mereka pengalaman belajar yang lebih bermanfaat,” jelas al-Mansour, seperti diberitakan Arab News, Senin (2/9/2019).

Perlu diketahui, banyak sekolah swasta di Saudi yang sudah menugaskan pengajaran dasar kepada guru-guru perempuan beberapa puluh tahun yang lalu. Namun untuk sekolah negeri Saudi, guru perempuan baru diperbantukan tahun 2019.

Ketiga, menerbitkan visa turis. Arab Saudi untuk pertama kalinya menawarkan aplikasi visa turis ke sejumlah negara. Untuk tahap pertama, warga dari 49 negara bisa mengajukan visa turis, termasuk di antaranya China, Jepang, Selandia Baru, Australia, Kanada, Amerika Serikat, serta beberapa negara Eropa. 

“Membuka Arab Saudi bagi wisatawan internasional adalah momen bersejarah bagi negara kita,” kata Ketua Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Arab Saudi, Ahmed al-Khateeb, dalam sebuah pernyataan, dilansir laman Arab News, Jumat (27/9/2019).

"Untuk pertama kalinya kami membuka petualangan, warisan, dan sejarah bagi orang-orang yang akan mengunjungi Arab Saudi sebagai turis,” lanjutnya. 

Dikatakan Al-Khateeb, Saudi memiliki situs-situs menarik yang bisa dikunjungi para pelancong. Termasuk beberapa situs warisan dunia UNESCO dan budaya lokal. “Para pengunjung akan terkejut oleh harta yang harus kita bagikan; lima situs warisan dunia UNESCO, budaya lokal yang semarak, dan keindahan alam yang menakjubkan," jelasnya. 

Sebelumnya, Arab Saudi tidak pernah menerbitkan visa untuk tujuan pariwisata. Pihak Kejaraan hanya menerbitkan visa untuk kepentingan haji, umrah, pekerja, dan pelajar.

Keempat, mengizinkan pria dan wanita asing tinggal sekamar di hotel. Arab Saudi untuk pertama kalinya memperbolehkan pria dan wanita asing untuk menyewa hotel bersama. Mereka tidak akan diminta untuk menunjukkan kartu identitas keluarga atau pun bukti ikatan saat check-in hotel. Kebijakan ini dikeluarkan setelah Saudi membuka program visa turis untuk menarik wisatawan mancanegara.   

Selain itu, wanita, termasuk warga Saudi, sekarang juga diizinkan untuk menyewa dan menginap di hotel sendirian. Sebelumnya wanita Saudi yang menginap di hotel harus ditemani dengan walinya. Wanita Saudi harus menunjukkan kartu identitasnya saat check-in, sementara wanita asing cukup menunjukkan paspor saja.   

Ketentuan baru tersebut semula diberitakan surat kabar berbahasa Arab, Okaz, pada Jumat (4/10) kemarin. Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Arab Saudi (SCTH) mengonfirmasi kebenaran berita tersebut.   

“Seluruh warga negara Saudi akan diminta untuk menunjukkan kartu keluarga atau bukti hubungan saat check-in di hotel. (Kebijakan) Ini tidak wajib bagi turis-turis asing,” demikian pernyataan SCTH, dilansir laman Reuters, Sabtu (5/10/2019).   

“Semua wanita, termasuk warga Saudi, dapat memesan dan tinggal di hotel sendirian, dengan menunjukkan kartu identitas pada saat check-in,” lanjutnya.   

Kebijakan tersebut dinilai bisa mempermudah wanita Saudi dalam melakukan perjalanan dan juga turis asing yang belum menikah untuk tinggal di Saudi.  Sebagaimana diketahui, seks di luar pernikahan dilarang di Saudi. Jika laki-laki dan perempuan, termasuk warga asing, kedapatan berbaur di depan umum maka mereka bisa dihukum berat.

Kelima, memperbolehkan perempuan gabung militer. Pemerintah Arab Saudi mengizinkan warga perempuannya untuk bergabung menjadi tentara untuk pertama kalinya. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menjelaskan, kebijakan itu dimaksudkan untuk memberdayakan perampuan. Menurutnya, ke depan perempuan yang gabung ke dalam militer bisa menempati posisi tingkat satu, seperti jabatan sersan atau kopral.

“Langkah lain untuk pemberdayaan,” tulis Kementerian Luar Negeri Saudi di Twitter, diberitakan AFP, Kamis (10/10/2019).

Keenam, menghapus aturan pemisahan pria dan wanita di restoran. Otoritas Arab Saudi menghapus aturan pemisahan laki-laki dan perempuan di restoran dan kafe. Kebijakan itu mengakhiri pembatasan konservatif yang berlangsung selama puluhan tahun dan menandai kelonggaran sosial semakin luas di Saudi. 

Pengumuman itu disampaikan oleh Kementerian Urusan Perkotaan dan Perdesaan melalui sebuah pernyataan pada Ahad (8/12) waktu setempat, sebagaimana diberitakan Associated Press. Dengan aturan baru tersebut, maka laki-laki dan perempuan bisa duduk satu meja di kafe atau restoran.

Selain itu, restoran atau kafe juga tidak perlu lagi menyediakan pintu masuk yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Untuk diketahui, sebelumnya restoran atau kafe wajib menyediakan pintu yang berbeda bagi keluarga, wanita, dan pintu khusus lainnya bagi laki-laki lajang. 

Dalam restoran, wanita dan keluarga biasanya dipisah dari laki-laki dengan menggunakan sekat. Sementara di restoran atau kafe kecil yang tidak memiliki ruang pemisah, perempuan tidak diperbolehkan masuk.   

Seperti diberitakan kantor berita Saudi, SPA, penghapusan pemisahan laki-laki dan perempuan di kafe dan restoran dimaksudkan untuk menarik investasi dan membuka peluang bisnis lebih besar.

Pewarta: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad