Internasional

Istighotsah Jadi Cara PMI di Hong Kong Melepas Penat dan Beban Hidup

Rabu, 2 April 2025 | 11:00 WIB

Istighotsah Jadi Cara PMI di Hong Kong Melepas Penat dan Beban Hidup

Suasana istighotsah yang digelar PCINU Hong Kong di Victoria Park, Causeway Bay, Distrik Wan Chai, pada Ahad (30/3/2025). (Foto: dok. PCINU Hong Kong)

Wan Chai, NU Online

Istighotsah selain sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, juga berefek untuk ketenangan jiwa, melepas segala penat dan beban yang banyak bergelayut dihati. Apalagi jika benar-benar diresapi dengan hati penuh fokus kepada Allah dan deraian air mata yang tumpah membanjiri, maka pengaruhnya luar biasa tehadap kejiwaan seseorang.


Demikian gambaran yang ditangkap dari kondisi Pekerja Migran Indonesia (PMI) Hong Kong setiap kali Istighotsah atau mujahadah digelar.


Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) menggelar istighotsah terakhir pada Ramadhan 1446 H di Victoria Park, Causeway Bay, Distrik Wan Chai, pada Ahad (30/3/2025).

 
Acara ini dihadiri kurang lebih 200 orang. Mereka dengan Khidmat dan khusyuk mengikuti lantunan zikir istighotsah dari awal sampai akhir yang dipimpin KH Nor khalim, Dai Go Global LD-PBNU.


Tidak sedikit di antara mereka yang berderai air mata hingga terisak-isak. Seakan beban hidup telah ditumpah ruahkan ditempat itu.


"Memang diharapkan dengan Istighotsah, para jamaah dapat lebih dekat kepada Allah," ungkap Puguh, Panitia Safari Dakwah Ramadhan PCINU Hong Kong.


Dalam kesempatan lain, Suharmi, Ketua MWCINU Yuen Long menjelaskan bahwa tidak jarang yang ikut istighotsah di majelis taklim adalah mereka yang banyak punya beban hidup yang berat, mulai dari masalah pekerjaan, keluarga, hingga ekonomi.


"Maka Istighasah adalah solusi paling jitu terhadap semua maslah yang mereka hadapi," kata Suharmi.


pada awalnya, sebagian jamaah yang datang ikut istighotsah ini karena memiliki banyak problem. Namun setelah merasakan manfaatnya dan mendapat ketenangan dan pencerahan, mereka menjadi sangat antusias dan tidak mau ketinggalan.


"Bahkan boleh dikata kecanduan," ungkap Suharmi, melalui keterangan tertulis yang diterima NU Online, pada Rabu (2/4/2025)


Pengalaman yang sama juga dialami oleh Ustadzah Yayuk Yuliani, Ketua PCI Fatayat Hong Kong yang sering ikut menghadiri Istighotsah dari satu majelis ke majelis yang lain.


Bahkan, ia bercerita pernah dalam sehari menghadiri delapan majelis. Dari pagi sampai malam, ikut istighotsah.


"Saat istighotsah digelar rata-rata jamaah yang hadir banjir air mata, mereka hampir semua menangis. Seakan beban dan masalah yang mereka hadapi ikut tumpah bersama jatuhnya air mata," ungkap Yayuk.


Menurut Yayuk, tidak semua komunitas memiliki background keagamaan, tetapi banyak juga yang hanya bergerak di bidang sosial atau kesenian sehingga setiap kali pertemuan hanya dihabiskan untuk makan-makan, ngobrol dan bernyayi bersama.


Namun setelah diperkenalkan dengan mujahadah dan merasakan manfaatnya, mereka seakan menemukan candu baru yang membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam menjalani hidup di negeri orang.


"Pada akhirnya semua komunitas yang dalam pertemuannya menyelipkan acara istighotsah, dapat dipastikan anggotanya lebih ceria dan bahagia hidupnya," pungkas Yayuk.