Jakarta, NU OnlineÂ
Katib Aam PBNU KH Yahya Qholil Tsaquf menyatakan bahwa kita hidup di dunia yang penuh dengan perbedaan dalam berbagai macam bentuknya, baik perbedaan agama, ras, politik dan perbedaan lainnya.Â
Demikian dia katakannya pada Multaqo ad-Duat al-Alami di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (22/1) malam.
Menurutnya, apabila umat manusia tidak mampu menemukan jalan untuk mendialogkan perbedaan-perbedaan tersebut secara damai, maka keruntuhan peradaban akan menjadi konsekuensinya.Â
Pria yang akrab disapa Gus Yahya ini pun menyatakan di hadapan belasan ulama dari delapan negara yang hadir pada forum ini, Indonesia memiliki nilai dasar yang dijadikan semboyan, yakni Bhineka Tunggal Ika yang berarti kesatuan di dalam perbedaan.Â
Sementara Rais Aam PBNU KH Ahmad Siddiq pada 1984, katanya, menyatakan bahwa kita semua terikat oleh tiga ukhuwah, yakni ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan basyariyah.Â
"Dari pengalaman kami dalam perjalanan bangsa ini, ukhuwah Islamiyah hanya bisa terwujud di atas dasar ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah wathoniyah bisa terwujud di atas dasar ukhuwah basyariyah," ujarnya.Â
Oleh karena itu, Gus Yahya mengajak seluruh umat manusia untuk kembali kepada perdamaian dan mendialogkan segala perbedaan yang ada di dalam umat manusia ini.Â
Pada forum ini hadir Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani, Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, Ketua Umum LD PBNU KH Maman Imanul Haq, Sekretaris LD PBNU KH Bukhori Muslim dan lain-lain. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)