Internasional

Gebyar Ramadhan di Jerman, Lampu Bulan Bintang Hiasi Jalanan Frankfurt

Jum, 22 Maret 2024 | 21:15 WIB

Gebyar Ramadhan di Jerman, Lampu Bulan Bintang Hiasi Jalanan Frankfurt

Kota Frankfurt Jerman meyambut ramadhan 2024. (Foto: AP)

Jerman, NU Online

Kedatangan bulan Ramadhan menjadi sebuah momentum kegembiraan bagi umat Islam, begitupun komunitas Muslim di Jerman yang memiliki populasi muslim terbesar di Eropa setelah Prancis.


Tahun 2024, Jerman kali pertama merayakan Ramadhan dengan menyalakan lampu perayaan di kota Frankfurt (11/3/2024). Selama Ramadhan, Pemerintah Jerman memberikan kebebasan dan kesetaraan dalam menjalankan ibadah bagi umat Islam.


Papan nama “Selamat Ramadan” dan lampu berbentuk bintang dan bulan mulai diresmikan pada malam hari, menerangi pejalan kaki di pusat kota Jerman itu.


“Masyarakat Jerman sudah banyak mengenal Ramadhan, mereka menghormati bahkan mulai tahun ini di kota Frankfurt merayakan datangnya Ramadhan dengan menyalakan lampu hiasan. Semua ini terjadi karena sudah banyak umat Islam yang terbuka dengan penduduk,” ungkap Gery Vidjaja, lulusan S2 TU Braunschweig yang saat ini bekerja di Airbus, Bremen.


Gery menambahkan bahwa setiap tahun, Islam di Jerman semakin dikenal karena di antaranya ada masjid terbuka (Tag Der Offenen Moschee) setiap tahun di tanggal 3 Oktober. Acara itu bertepatan dengan Hari Besar Persatuan Jerman Barat dan Jerman Timur di tahun 1990.


Secara umum, selama bulan Ramadhan aktivitas warga Jerman berjalan dengan normal, termasuk Home Office yang dapat dilakukan sebagaimana di bulan lain. Kemeriahan menyambut Ramadhan hanya ada di masjid dan keluarga Muslim yang menjalankan ibadah Ramadhan.


“Ada masjid di Jerman mengadakan buka bersama setiap hari, organisasi Islam umumnya mengadakan buka bersama setiap akhir pekan. Tahun ini Konsulat Jenderal Indonesia di Hamburg mengadakan buka bersama setiap Sabtu dengan mengundang pendakwah dari Indonesia yang sedang berdakwah di Belanda,” jelas Gery, kepada NU Online, Jumat (22/3/2024)


Berdasarkan data IslamicFinder, durasi puasa di negara Jerman sebanyak 16 jam, sehingga muncul kebijakan dari sekolah bagi orang tua muslim bagi anaknya yang bersekolah.


“Mungkin yang perlu dicermati adalah adanya sekolah yang menulis surat ke orang tua murid supaya tidak memaksa anaknya berpuasa terutama Ketika hari sekolah,” tutur Gery.


Penduduk Jerman umumnya terbuka dan umat Islam mesti bijak beradaptasi dalam bergaul dengan mengenalkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.


“Pendeklarasian pengakuan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin menjamin hak untuk melakukan ibadah, bahkan ada masjid dengan kubah dan menara didukung oleh penduduk setempat. Buah dari hubungan baik yang dijalin antar-tetangga selama 40 tahun,” pungkas Gery.