Fatayat NU Maroko Gelar Kajian Kewanitaan
NU Online · Rabu, 29 Oktober 2014 | 04:01 WIB
Kenitra, NU Online
Perempuan berdaya adalah perempuan yang tidak hanya memenuhi takdir feminitasnya. Ia juga memiliki sisi maskulin yang membuatnya sanggup menjalankan banyak peran sekaligus, baik dalam kehidupan keluarga, dunia akademik, dan kemasyarakatan secara luas.
<>
Hal ini muncuat dalam disukusi seputar kewanitaan yang digelar Pimpinan Cabang Istimewa Fatayat Nahdlatul Ulama Maroko dalam rangka memperingati tahun baru hijriah 1436 H di griya STAINU Kenitra, Ahad (26/10). Acara ini menghadirkan mahasiswi doktoral di Universitas Moulay Ismail Meknes Maroko, Subi Nur Isnaini.
Isna menyampaikan tentang bagaimana seorang perempuan mampu menjalankan banyak peran mulai dari ibu rumah tangga, istri, ibu, mahasiswi, dan orang yang berperan aktif di lingkup sosial.
Isna yang sedang menunggu kelahiran anak kedua ini meraih gelar masternya di Universitas Sidi Mohamed Ben Abdillah Fes Maroko dalam kurun waktu kurang 2, tahun saat mengandung anak pertama. Dan sebelum mengenyam pendidikan tinggi di Maroko, ia adalah sarjana lulusan Universitas Al Azhar sekaligus aktivis Fatayat PCINU Mesir.
Dalam kesempatan diskusi kali ini, Isna berbagi pengalaman dan kiat kepada para mahasiswi dan mahasiswa perihal takdir feminitas perempuan dan usaha menampilkan ruh maskulin dalam berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga, akademik, dan sosial.
Diskusi yang dimoderatori Ketua Fatayat NU Maroko Sarah Lathoiful Isyaroh kali ini juga menghadirkan dosen pengajar bahasa Indonesia di Maroko, Marmuah.
Menurutnya, ada dua faktor penting perempuan dapat memberdayakan dirinya sendiri. Marmuah menyebut faktor internal dari perempuan adalah penentu garis takdir yang akan dihadapinya, selain faktor eksternal yang juga tak kalah penting dalam rangka meneguhkan langkah.
"Faktor internal yang dimaksud adalah kemauan, usaha, dan doa. Seorang perempuan harus memiliki kemauan untuk mengubah nasib dirinya dan orang sekelilingnya menuju ke arah yang lebih baik. Dalam rangka mengimplementasikan apa yang diinginkan maka seorang perempuan mesti melakukan langkah konkret untuk mencapai tujuannya,” tuturnya.
Faktor eksternal pun tak kalah penting. Dukungan seorang suami yang mampu mengerti cita-cita mulia seorang istri dalam pendidikan menjadi kunci dari semua hal yang akan dijalani. Jika restu dari suami tak didapatkan, maka tak akan ada apa-apa kecuali angan-angan yang tak kunjung mengkristal.
Dalam kesempatan ini, ibu Marmuah menambahkan bahwa dalam hal berkeluarga, seorang perempuan harus menjadi ibu yang cerdas, jujur dan terbuka bagi anak-anaknya agar mampu menjadi teladan yang baik bagi pendidikan dan perilaku anak-anaknya ke depan.
Pada penghujung acara Ketua Fatayat NU Maroko menyerahkan sertifikat kepada narasumber kemudian dilanjutkan dengan foto bersama. Turut hadir Wakil Rais Syuriah PCINU Maroko H. Ali Syahbana, Ketua Tanfidziyah PCINU Maroko Kusnadi El Ghezwa, anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko, dan sejumlah staf KBRI Rabat. (Red: Mahbib Khoiron)
Terpopuler
1
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
2
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
3
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
4
Hadapi Tantangan Global, KH Said Aqil Siroj Tegaskan Khazanah Pesantren Perlu Diaktualisasikan dengan Baik
5
Israel Tarik Kapal Bantuan Handala Menuju Gaza ke Pelabuhan Ashdod
6
Advokat: PT Garuda dan Pertamina adalah Contoh Buruk Jika Wamen Boleh Rangkap Jabatan
Terkini
Lihat Semua