Internasional

Belajar dari Semangat Tukang Petis yang Mampu Naik Haji

Jum, 23 Agustus 2019 | 11:30 WIB

Belajar dari Semangat Tukang Petis yang Mampu Naik Haji

Harji Wiranto (75 tahun).

Makkah, NU Online
Ibadah haji ke tanah suci menjadi impian setiap umat Islam. Untuk mampu mewujudkannya, setiap muslim harus benar-benar menata niat dan bersungguh-sungguh dengan terus berusaha dan berdoa.

Tidak menjadi jaminan orang yang memiliki harta melimpah terpanggil untuk berhaji. Sebaliknya, bukan hal yang mustahil orang yang memiliki penghasilan pas-pasan bisa menunaikan ibadah ke tanah suci ini.

Mari belajar dari Harji Wiranto (75 tahun), jemaah haji kloter JKG 51 dari Kabupaten Pringsewu, Lampung. Pak Harji, sapaan karibnya, adalah seorang penjual petis di Pasar Pringsewu. Berdagang sejak 1970, Pak Harji terus memimpikan untuk bisa naik haji bersama sang istri.

Berawal dari gerobak yang dipinjamkan oleh temannya, ia berjualan petis di pasar Pringsewu. Dengan hasil pas-pasan untuk menafkahi keluarga, ia terus berusaha dengan sedikit-sedikit menabung mewujudkan impian pergi ke baitullah.

"Saya sempat minjam uang sana-sini mas untuk membayar porsi haji. Alhamdulillah 2013 saya bisa daftar tapi tidak sama istri," katanya kepada NU Online di Hotel 301 kawasan Raudhah, Jumat (23/8).

Setelah pinjam uang untuk berhaji tersebut, dagangan petisnya tiba-tiba semakin bertambah ramai. Omset yang didapat setiap hari terus naik sehingga ia pun bisa mengembalikan pinjamannya. Bukan hanya itu, ia juga bisa mendaftarkan istrinya untuk mendapat porsi haji pada tahun 2015.

Setelah itu ia pun bertambah semangat bekerja dengan menambah varian jenis dagangan petisnya yang awalnya hanya petis iris, saat ini menyediakan petis tumbuk atau rujak bebeg. Kondisi semakin ramai dagangannya, ia pun dibantu oleh anak tertuanya untuk menangani pesanan para pembeli.

Hikmah ini menjadikan Pak Harji semakin optimis untuk terus berusaha menyiapkan dana untuk melunasi porsi haji dan berangkat bersama dengan sang istri. Akhirnya, pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah ini mampu berangkat haji bersama-sama dengab istrinya walaupun terpaut jauh waktu pendaftarannya.

"Sekarang dagangab petis sudah ditangani putra saya. Kondisi kesehatan sudah menurun," kata pria 7 putra ini tentang kondisi tangannya yang saat ini sering terasa linu saat beraktivitas.

Walau kondisi sering linu, selama berhaji ia terus berupaya melaksanakan rukun, wajib, dan sunah dengan sempurna. Ia terus berkonsultasi dan memeriksakan kondisi kesehatannya dengan dokter dan tenaga kesehatan kloter tersebut.

"Ada indikasi rematik tapi masih level rendah. Selama tidak dibawa aktivitas berlebih, tidak begitu bermasalah," kata petugas kesehatan kloter, H Warsito yang biasa menangani kesehatan Pak Harji. 
 
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Fathoni Ahmad