Internasional

48 Persen Muslim Uni Eropa Nyaman dengan Nikah Beda Agama

NU Online  ·  Jumat, 22 September 2017 | 08:00 WIB

Vienna, NU Online
Hasil survei yang digelar di 15 negara Uni Eropa menunjukkan, mayoritas Muslim ingin merangkul atau berhubungan lebih dekat dengan non-Muslim. Hanya saja, umat Islam sering merasa mendapat penolakan dari kebanyakan masyarakat di tempat mereka tinggal.

Temuan tersebut dirilis European Union Agency for Fundamental Rights, Kamis (21/9), sebagaimana dilaporkan AP. Kesimpulan itu diambil dari respon 10.527 imigran Muslim berikut anak-anak mereka melalui metode wawancara antara Oktober 2015-Juli 2016.

Sembilan dari 10 Muslim yang disurvei mengaku punya teman non-Muslim dan 92 persen dari mereka mengatakan cenderung nyaman dengan tetangga yang berbeda agama.

Para responden berusia di atas 16 tahun dan telah tinggal setidaknya satu tahun di Austria, Belgia, Siprus, Jerman, Denmark, Yunani, Spanyol, Finlandia, Prancis, Italia, Malta, Belanda, Swedia, Slovenia dan Inggris.

Temuan lainnya adalah hampir separuh atau 48 persen dari responden tak mempermasalahkan adanya perkawinan beda agama, bahkan mengaku sangat nyaman (totally comfortable) dengan anggota keluarga yang menikahi seorang non-Muslim.

Sebaliknya, 17 persen Muslim merasa tak nyaman dengan pernikahan beda agama. Hal ini sejalan dengan responden dari kalangan non-Muslim yang 30 persen dari mereka juga mengaku tak nyaman bila anak mereka menjalin hubungan asmara dengan seorang Muslim.


Di tengah keinginan kuat umat Islam Uni Eropa untuk berhubungan baik dengan non-Muslim, fenomena kontras juga mengiringi. Lebih dari separuh, persisnya 53 persen, responden Muslim mengaku mendapat perlakuan diskriminatif ketika mereka mencari rumah hanya karena nama mereka. Di tempat kerja, 35 persen perempuan merasa didiskriminasi lantaran pakaian mereka; kasus yang sama juga menimpa pria Muslim dengan jumlah 4 persen. (Red: Mahbib)