Internasional HAJI 2025

Ziarah ke Makam Sayyidina Hamzah dan para Syuhada di Jabal Uhud

NU Online  ·  Sabtu, 21 Juni 2025 | 17:00 WIB

Ziarah ke Makam Sayyidina Hamzah dan para Syuhada di Jabal Uhud

Jabal Uhud, Madinah, 18 Juni 2025. (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)

Madinah, NU Online
Pertama kali menginjakka kaki di Madinah pada Selasa (16/7/2025) malam, saya dan rombongan Media Center Haji (MCH) memutuskan untuk ke Raudhah pada dini hari sekalian subuhan di Masjid Nabawi. Kami bersyukur bisa sekaligus shalat subuh di Raudhah, insyaallah langsung disaksikan Kanjeng Nabi Muhammad, Sayyidina Abu Bakar, dan Sayyidina Umar bin Khattab.

 

Selama menginjakkan kaki di pelataran dan ruang utama Masjid Nabawi, saya tidak berhenti melantunkan shalawat untuk Kanjeng Nabi, keluarga, dan para sahabatnya. Karena selain di Raudhah, sahabat Nabi juga banyak yang dimakamkan di Maqbarah Baqi atau makam Baqi, termasuk Sayyidah Aisyah rha.


Membaca shalawat merupakan amalan yang tidak pernah saya tinggalkan sejak usia remaja. Awalnya, itu merupakan pesan dari ayahku yang meminta agar setiap niat dan perbuatan baik serta hajat besar jangan lupa dibarengi dengan membaca shalawat. Saya hanya sami'na wa atho'na hingga kini.


Bisa jadi amalan tersebut yang membawa saya bisa langsung sowan ke Kanjeng Nabi Muhammad di Masjid Nabawi. Saya tidak tahu. Yang jelas, bisa menyampaikan salam sedekat itu kepada Kanjeng Nabi merupakan impian yang terwujud.

 

Apalagi jika mengingat bacaan salam saat duduk tahiyat awal dan akhir, "Assalamu'alaika ayyuhannabiyu warahmatullahi wabarakatuh". Rasa-rasanya rugi bagi siapa pun yang shalat tetapi belum merasa Rasulullah hadir di hadapannya ketika membaca shalawat tersebut.

 
​
Masjid Jam'eh Sayed Al Shohada di kawasan Jabal Uhud, 18 Juni 2025. (Foto: NU Online/Patoni/2025)
 


Ringkasnya, setelah dari Raudhah saya dan rekan-rekan MCH memilih berjalan kaki untuk balik ke Kantor Urusan Haji Indonesia Madinah atau Daker Madinah. Di sepanjang jalan di waktu yang masih pagi dan udara masih terhirup segar, saya dihadapkan pada sebuah gunung yang saya sendiri belum tahu gunung apa.


Saya hanya melihat bahwa gunung tersebut memancarkan warna agak merah merona kecoklatan dibanding gunung-gunung lain yang saya lihat di Makkah dan di sepanjang jalan menuju Madinah. Saya pun masih penasaran hingga setelah beberapa meter berjalan saya menemukan papan penunjuk arah. Salah satunya tertulis Jabal Uhud. Ya, gunung tersebut merupakan Jabal Uhud. 


Jabal Uhud, gunung bersejarah yang merupakan perjuangan terakhir Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib saat membela agama Allah dari kaum kafir Quraisy. Sejarah mencatat, tak sedikit pula sahabat Nabi yang gugur sebagai syuhada di gunung tersebut.

 
​
Komplek makam Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib dan para syuhada perang Uhud di Jabal Uhud, 18 Juni 2025. (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)
 


Sejarah penting yang menyelimuti Uhud membuat gunung tersebut menjadi destinasi religi bagi jamaah haji. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari Masjid Nabawi membuat jamaah haji berbondong-bondong ke Jabal Uhud. Apalagi di sekitar Uhud terdapat makam Sayyidina Hamzah dan para syuhada. Jadi sekalian berziarah.


Makam Sayyidina Hamzah yang merupakan salah satu paman Nabi Muhammad terletak di depan Masjid Jam'eh Sayed Al Shohada yang berdiri kokoh di antara Jabal Uhud dan bukit Rumat. 

 

Makam Sayyidina Hamzah yang paling terlihat di tengah karena ditandai tumpukan batu bata yang membentuk persegi panjang. Sedangkan makam para syuhada di sekelilingnya hanya berupa hamparan pasir. Komplek makam para syuhada ini juga tidak jauh dari bukit Rumat, bukit bersejarah lokasi pasukan pemanah dari kaum Muslimin ditempatkan sesuai namanya rumat, artinya pemanah.

 
​
Bukit Rumat di kawasan Jabal Uhud, 18 Juni 2025. (Foto: NU Online/Patoni/2025)
 

Menurut riwayat, awal dari kekalahan kamu muslimin di perang Uhud berawal dari pasukan pemanah yang meninggalkan posnya karena tergoda meraup barang rampasan perang. Saat itu, pasukan pemanah berlari menuju ke tengah medan peperangan untuk mengambil rampasan perang (ghanimah).


Sontak aksi tersebut membuat beberapa pasukan yang teguh pendirian dengan perintah Rasulullah agar tidak meninggalkan bukit berupa keras mengingatkan para pasukan supaya tetap di pos. Tetapi sebagian besar pasukan pemanah sudah kadung meninggalkan pos sehingga menimbulkan kebingungan dan hiruk pikuk pasukan kaum Muslimin.


Akhirnya, kemenangan kaum muslimin yang sudah ada di depan mata harus kandas. Karena pasukan pemanah yang meninggalkan posnya dibukit dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid yang saat itu masih berada di barisan kaum kafir Quraisy yang sempat mundur lalu balik lagi menyerang kaum Muslimin.

 

Khalid bin Walid bersama pasukannya langsung merangsek ke tengah medan perang tanpa perlu khawatir serangan anak panah dari kaum muslimin dibukit. Kaum muslimin kalang kabut, sebagian besar gugur dan syahid termasuk Sayyidina Hamzah yang terkena hujaman tombak oleh Wahsyi, seorang budak yang memang ditugaskan mengincar Hamzah.

 

Rasulullah turut ke medan perang juga dikabarkan dalam kondisi terluka. Akhirnya, Rasulullah memerintahkan pasukan kaum Muslimin untuk mundur dengan naik ke atas Jabal Uhud. Kini, tempat Rasulullah membaringkan tubuhnya ditandai dengan goresan lafadz Allah berwarna putih yang terlihat jelas di Jabal Uhud dari kejauhan.

 
​
Kebun kurma terlihat di dekat Jabal Uhud, 18 Juni 2025. (Foto: NU Online/Patoni/MCH 2025)
 

Motivasi jamaah haji berziarah ke Jabal Uhud juga di antaranya karena gunung ini merupakan salah satu gunung yang ditempatkan Allah di surga. 


Saat ini di sekitar Jabal Uhud terdapat banyak toko-toko penjual oleh-oleh dan souvenir. Di beberapa ruas jalan juga tersedia sejumlah restoran.

 

Yang menarik, pemandangan hijau dari kebun kurma di sekitar Jabal Uhud menambah daya tarik jamaah haji. Selain napak tilas perjuangan kaum muslimin di Jabal Uhud, mereka juga bisa menikmati suasana sejuk kebun kurma.
Â