Internasional

3 Poin Deklarasi Jakarta Hasil Konferensi Internasional tentang Agama, Perdamaian, dan Peradaban

Sel, 30 Mei 2023 | 08:00 WIB

3 Poin Deklarasi Jakarta Hasil Konferensi Internasional tentang Agama, Perdamaian, dan Peradaban

Para tokoh agama peserta Konferensi Internasional tentang Agama, Perdamaian, dan Peradaban diadakan ​​MUI dan Liga Muslim Dunia di Jakarta pada 21-23 Mei 2023. (Foto: istimewa)


Jakarta, NU Online
Majelis Ulama Indonesia bekerja sama dengan Liga Muslim Dunia pada pada 21-23 Mei 2023 yang lalu mengadakan Konferensi Internasional tentang Agama, Perdamaian, dan Peradaban.


Konferensi yang berlangsung di Hotel Sultan Jakarta dihadiri para tokoh agama, seperti tokoh-tokoh agama dari berbagai ormas Islam, para tokoh agama dari berbagai agama, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. 

 

Konferensi ini juga melahirkan Deklarasi Jakarta dengan tiga poin penting sebagai berikut:

  1. Agama adalah sumber ajaran transformasional sebagai pedoman bagi penganutnya untuk hidup damai, harmoni, dan menjadi inspirasi dalam membangun peradaban. Karena mengajarkan nilai-nilai universal seperti hak dan kewajiban asasi manusia, toleransi, kesetaraan, dan persaudaraan kemanusiaan
  2. Perbedaan adalah keniscayaan. Pemerintah dan kekuatan civil society harus berupaya menjaga, menghormati, dan melindunginya, serta mendorong menjadi kekuatan bersama dalam membangun kemajuan peradaban. Untuk itu, kerukunan antarumat beragama harus terus dilakukan
  3. Diperlukan langkah konkret secara bersama memperkokoh aliansi global dalam ikut serta menyelesaikan berbagai konflik melalui dialog agar dapat menciptakan keamanan, perdamaian, dan dapat bersama-sama membangun peradaban.
 

Di sela-sela Konferensi, sejumlah tokoh melakukan diskusi. Di antara rombongan yang ikut hadir dalam diskusi tersebut antara lain beberapa ulama Irak, serta mufti dari Australia.


Diskusi mengalir hangat dan sejuk memperbincangkan masalah-masalah kontemporer dunia, praktik kehidupan bermasyarakat di Indonesia dan Irak, serta kemungkinan kerjasama pertukaran ustadz dan santri kedua negara.

 

Hal yang menarik dari pertemuan ini adalah kesan para ulama dari luar negeri tersebut tentang perhelatan akbar ini. Mereka menyepakati perlunya bersama-sama membangun tatanan dunia yang adil dan damai, berpijak pada kesadaran perbedaan yang ada dan perlunya saling menghargai realitas dan sunatullah perbedaan tersebut.


Ulama Irak  mengatakan bahwa, "Apa yang diketahui tentang Irak dari media masa sangat bias dan jauh dari kenyataan."


"Seperti kami yang takjub setelah melihat sendiri keadaan masyarakat Indonesia, yang begitu rukun dan damai; Anda pun perlu melihatnya langsung kehidupan di negeri kami," jelas salah satu ulama Irak.

 

"Anda perlu melihat sendiri kehidupan kami di sana. Kami memperlakukan saudara dari kalangan Sunni seperti kami memperlakukan diri kami sendiri," terangnya.

 

Dalam paparan lanjutan, ulama lainnya mengatakan hal senada. "Kami menghargai fakta perbedaan yang ada, dan sebagai bangsa kami bermasyarakat dengan baik, hidup berdampingan dan saling membantu," ungkapnya.


Hal senada disampaikan ulama Australia yang mengatakan bahwa tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa merupakan jalan kita selaku umat Islam. "Kita harus lebih mengintensifkan kerjasama di antara sesama umat Islam di berbagai belahan dunia," lanjutnya.


Editor: Kendi Setiawan