Ilmu Tauhid

Mukjizat Nabi Muhammad Dibanding Nabi Lainnya (2)

Kam, 5 Desember 2019 | 04:00 WIB

Mukjizat Nabi Muhammad Dibanding Nabi Lainnya (2)

Memang tak ada riwayat Nabi Muhammad menghidupkan orang mati sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Namun, beliau punya mukjizat lain yang lebih hebat dari itu. (Ilustrasi: NU Online)

Salah satu mukjizat nabi terdahulu yang luar biasa adalah hidupnya orang yang telah mati di tangan Nabi Musa dengan cara memukulkan bagian tubuh seekor sapi dengan sifat tertentu ke tubuh orang mati tersebut. Hal itu membuat si mati hidup kembali beberapa saat untuk memberikan kesaksian tentang orang yang telah membunuhnya. Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah: 67-73. Mukjizat tersebut meneguhkan klaim kenabian Nabi Musa di depan kaumnya sebab tak mungkin hal yang sama ditiru orang lain.

 

Lalu bagaimana dengan Nabi Muhammad , pernahkah beliau memberikan mukjizat yang seperti itu? Bila yang persis dengan itu tak pernah terjadi, tapi yang lebih hebat dari itu justru beberapa kali terjadi. Di antaranya adalah:

 

  1. Hidupnya kerikil untuk bertasbih di tangan mulia beliau. Tentu saja hidupnya kerikil lebih hebat dari hidup kembalinya manusia yang baru mati. Kisah hidupnya kerikil ini disebutkan dalam hadits berikut:

 

عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ قَالَ: «إِنِّي لَشَاهِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَلْقَةٍ، وَفِي يَدِهِ حَصًى، فَسَبَّحْنَ فِي يَدِهِ، وَفِينَا أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ، فسَمِعَ تَسْبِيحَهُنَّ مَنْ فِي الْحَلْقَةِ،

 

Dari Abu Dzar r.a. berkata: “Sesungguhnya aku menyaksikan Rasulullah di dalam sebuah halaqah; di tangan beliau ada batu kerikil, lalu batu kerikil itu bertasbih di telapak tangannya. Bersama kami ada Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Alisemoga Allah merahmati semuanyamaka orang-orang yang berada dalam halaqah semua mendengar tasbih batu-batu tersebut” (HR Thabrani).

 

  1. Hidupnya pohon demi merespons perintah beliau. Diceritakan bahwa suatu hari Rasulullah memerintahkan sebuah pohon untuk merapat dengan pohon lain hingga menjadi satir bagi beliau yang sedang menunaikan hajatnya. Ini juga lebih hebat dari sekadar hidupnya manusia yang baru mati. Kisah ini diceritakan dalam hadits berikut:

 

عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ تَبَاعَدَ حَتَّى لَا يَرَاهُ أَحَدٌ، فَنَزَلْنَا مَنْزِلًا بِفَلَاةٍ مِنَ الْأَرْضِ لَيْسَ فِيهَا عَلَمٌ وَلَا شَجَرٌ، فَقَالَ لِي: «يَا جَابِرُ، خُذِ الْإِدَاوَةَ وَانْطَلِقْ بِنَا» ، فَمَلَأْتُ الْإِدَاوَةَ مَاءً، فَانْطَلَقْنَا فَمَشَيْنَا حَتَّى لَا نَكَادُ نُرَى، فَإِذَا شَجَرَتَانِ بَيْنَهُمَا أَذْرُعٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَا جَابِرُ، انْطَلِقْ فَقُلْ لِهَذِهِ الشَّجَرَةِ: يَقُولُ لَكِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْحَقِي بِصَاحِبَتِكِ حَتَّى أَجْلِسَ خَلْفَكُمَا "، فَفَعَلْتُ، فَرَجَعَتْ حَتَّى لَحِقَتْ بِصَاحِبَتِهَا

 

Dari Jabir, ia berkata: Kami keluar Bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan panjang. Rasulullah ketika hendak buang air, beliau menjauh hingga tak dilihat siapa pun. Kemudian kami sampai di suatu tempat di tanah yang luas yang tak punya bukit atau pohon, maka beliau berkata padaku: “Wahai Jabir, ambillah kantong air dan pergilah bersamaku” Lalu aku memenuhi kantong itu dengan air kemudian kami berangkat hingga tak terlihat. Ternyata ada dua pohon yang berjarak beberapa hasta, maka Rasulullah berkata padaku: “Wahai Jabir, pergilah dan katakan pada pohon itu, Rasulullah berkata padamu “bertemulah kamu dengan kawanmu itu hingga aku bisa duduk di belakang kalian” Kemudian pohon itu melakukannya hingga ia bertemu dengan pohon lainnya” (HR Baihaqi dalam Dalâ’il an-Nubuwwah).

 

  1. Merintihnya pelepah kurma karena merindukan beliau. Sewaktu belum ada mimbar di Masjid Nabawi, Nabi Muhammad berkhutbah dengan bersandar pada sebatang pelepah kurma. Ketika suatu saat dibuatkan mimbar sebagai tempat khutbah, maka pelepah kurma itu hidup dan menangis. Kisah ini diceritakan dalam hadits berikut:

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ إِلَى جِذْعٍ، فَلَمَّا اتَّخَذَ المِنْبَرَ تَحَوَّلَ إِلَيْهِ فَحَنَّ الجِذْعُ فَأَتَاهُ فَمَسَحَ يَدَهُ عَلَيْهِ

 

“Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi berkhutbah [dengan bersandar] pada pelepah kurma. Maka ketika dibuatkan mimbar,beliau berpindah memakai mimbar tersebut sehingga pelepah pohon kurma itu merintih, kemudian nabi mendatanginya dan mengusapkan tangan kepadanya” (HR Bukhari)

 

Tangisan pelepah pohon kurma tersebut didengar oleh seluruh sahabat yang hadir di masjid saat khutbah jumat tersebut terjadi. Menurut kesaksian mereka, tangisannya seperti suara unta yang mau beranak. Disebutkan dalam hadits,

 

فَسَمِعْنَا لِذَلِكَ الجِذْعِ صَوْتًا كَصَوْتِ العِشَارِ، حَتَّى جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهَا فَسَكَنَتْ

 

“Kami mendengar suara dari batang kayu tersebut bagaikan suara unta yang hampir beranak lalu Nabi datang menghampirinya kemudian meletakkan tangan beliau pada batang kayu tersebut hingga akhirnya batang kayu itu terdiam” (HR Bukhari).

 

Tentu saja hidupnya benda-benda mati di atas lebih hebat segi kemukjizatannya daripada hidupnya jenazah yang baru mati. Imam Syafi’I, sebagaimana dinukil oleh Imam Baihaqi dalam Dalâ’il an-Nubuwwah, mengatakan bahwa tak seorang pun nabi yang diberikan mukjizat seperti yang diberikan pada Nabi Muhammad , menangisnya pelepah kurman itu lebih hebat dari menghidupkan orang mati (fahadzâ akbaru min dzâka).

 


Adapun menghidupkan kembali yang sudah mati, tidak terjadi di tangan Nabi Muhammad sendiri tetapi justru terjadi di tangan salah satu umatnya seperti dituturkan oleh Imam Baihaqi berikut:

 

عَنْ أَبِي سَبْرَةَ النَّخَعِيِّ، قَالَ: " أَقْبَلَ رَجُلٌ مِنَ الْيَمَنِ فَلَمَّا كَانَ فِي بَعْضِ الطَّرِيقِ نَفَقَ حِمَارُهُ، فَقَامَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: اللهُمَّ إِنِّي جِئْتُ مِنَ الدَّثَنِيَّةِ مُجَاهِدًا فِي سَبِيلِكَ وَابْتِغَاءِ مَرْضَاتِكَ، وَأَنَا أَشْهَدُ أَنَّكَ تُحْيِي الْمَوْتَى، وَتَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ، لَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ عَلَيَّ الْيَوْمَ مِنَّةً، أَطْلُبُ إِلَيْكَ أَنْ تَبْعَثَ لِي حِمَارِي، فَقَامَ الْحِمَارُ يَنْفُضُ أُذُنَيْهِ “ هَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ، وَمَثَلُ هَذَا يَكُونُ كَرَامَةً لِصَاحِبِ الشَّرِيعَةِ حَيْثُ يَكُونُ فِي أُمَّتِهِ مِثْلُ هَذَا

 

“Dari Abi Sabrah, ia berkata: Seorang laki-laki dari Yaman bepergian ketika sampai di suatu jalan, himarnya mati. Kemudian ia bangun, berwudhu lalu shalat dua rakaat dan berdoa: "Ya Allah, aku datang dari Datsaniyah dalam rangka berjihad di jalanmu dan mencari ridhamu. Aku bersaksi engkau dapat menghidupkan yang mati dan membangkitkan orang dari kuburnya. Janganlah engkau jadikan keadaanku sebagai anugerah bagi musuhku hari ini, aku memohon padamu agar menghidupkan kembali himarku. Lalu himar itu bangkit kembali dan menggerakkan kedua telinganya.” (HR Baihaqi dalam Dalâ’il an-Nubuwwah).

 

Mengomentari kejadian itu, Imam Baihaqi mengatakan bahwa hal semacam ini adalah kemuliaan tersendiri bagi Rasulullah sebab kejadian luar biasa yang seperti mukjizat itu terjadi di tangan umatnya. Wallahu a’lam.

 

 

Ustadz Abdul Wahab Ahmad, Wakil Sekretaris PCNU Jember & Peneliti di Aswaja NU Center Jawa Timur