Humor

Bhinneka Tunggal Istri

NU Online  ·  Ahad, 23 Maret 2014 | 00:01 WIB

Kiai Qosim menugaskan Didin, santrinya asal Makassar untuk menjaga empang ikannya yang sering kecolongan anak-anak penduduk setempat. Seketika itu, Kiai Qosim melakukan sidak sembari menemani Didin yang memang ditugaskan sendirian. “Kasihan juga dia,” gumam Kiai Qosim. <>

“Din, Bapak mau tanya, apa yang menjadi obsesi kamu hidup di dunia ini?” tanya Kiai mengawali obrolan sekadar agar Didin tidak ngantuk.

“Kalau bisa sih aku pengen punya istri 4 Pak Kiai,” jawab Didin bikin terkekeh Kiai Qosim.

“Serius Pak Kiai, aku pengen istri pertama aku orang Jawa, karena gadis Jawa itu paling bisa ngurus suami,” kata Didin. “Ooh...gitu,” ujar Kiai mengangguk kagum.

“Kemudian, aku pengen istri kedua aku orang Padang,” ujar Didin. “Kenapa orang Padang Din,” tanya Kiai. “Mereka kan paling pinter cari duit Pak Kiai,” lanjut Didin. “Betul juga kamu,” jawab Kiai terbawa arus Didin.

“Selanjutnya, aku pengen istri ketiga aku orang Manado Pak Kai, biar aku terasa tenteram di rumah,” kata Didin. “Hmmm...cerdas juga ini santri,” ujar Kiai dalam hati. Kiai Qosim baru paham gadis Manado banyak yang blasteran Londo (Belanda).

“Terakhir, saya pengen istri saya orang Batak,” ujar Didin. “Kok Batak Din?” tanya Kiai Qosim.

“Iya Pak Kai, biar bisa menjaga ketiga istriku tadi,” jawab Didin diplomatis. Kiai Qosim baru inget kalau gadis batak sangar dan tegas. “Luas juga wawasan Nusantara ini santri, saya aja baru anget-anget inget,” gumam sang Kiai dalam hati. “Tapi meski berbeda-beda mereka tetap satu Pak Kiai, istri aku,” kata Didin menirukan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. (Fathoni)