Fragmen

Korespondensi KH Hasyim Asy'ari dan Syekh Al-Husaini Usai Tegur Jepang

Ahad, 24 September 2017 | 09:01 WIB

Perjuangan mengusir penjajah dilakukan oleh seluruh komponen bangsa Indonesia dengan perjuangan yang menguras keringat, darah, dan nyawa. Hembusan angin segar kemerdekaan beberapa kali didapat bangsa Indonesia kala Jepang kalah perang dan menyerah kepada pasukan sekutu.

Namun, bangsa Indonesia, khususnya para kiai pesantren penggerak kemerdekaan seperti KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947) tidak mau terbuai dengan janji kemerdekaan yang sempat dilontarkan pihak Jepang. Baginya, hal itu menjadi satu bagian diplomasi setelah sekian lama bangsa Indonesia hidup dalam kungkungan penjajahan.

Perjuangan KH Hasyim Asy’ari beserta anaknya KH Abdul Wahid Hasyim dan para ulama pesantren tidak hanya memperkuat spiritualitas, tetapi juga menanamkan cinta tanah air dan spirit nasionalisme yang tinggi. Sebab itu, setelah Kiai Hasyim ditunjuk oleh Jepang untuk memimpin Kantor Jawatan Agama (Shumubu, Kementerian Agama, red)) yang dijalankan oleh Kiai Wahid Hasyim, mereka berupaya mendirikan Kantor Jawatan Agama yang berlokasi di daerah-daerah (Shumuka) yang dipimpin oleh seorang Shumuka-cho.

Visi Kiai Wahid Hasyim tidak lain untuk memperkuat konsolidasi urusan-urusan agama di daerah untuk keperluan perjuangan bangsa Indonesia secara umum. Sebelumnya, Kiai Wahid memang melakukan diplomasi dengan Jepang untuk mendirikan Shumuka meskipun pada awalnya berdiri di Jawa dan Madura.

Setelah potensi umat Islam terbina dengan baik melalui jalur Masyumi, Hizbullah, Shumubu, dan Shumuka, Kiai Wahid Hasyim kembali memusatkan perhatiannya pada janji kemerdekaan yang dipidatokan oleh Perdana Menteri Jepang Kunaiki Koiso pada 7 September 1944. (Choirul Anam, 2010)

Janji kekaisaran Jepang untuk memerdekakan bangsa Indonesia memang menarik perhatian bukan hanya di tanah air, tetapi masyarakat dunia Islam, khususnya Syekh Muhammad Al-Amin Al-Husaini. Sampai pada 3 Oktober 1944, Syekh Al-Amin Al-Husaini yang merupakan pensiunan mufti besar Baitul Muqadas Yerusalem yang juga ketika itu menjabat Ketua Kongres Muslimin se-Dunia mengirim surat teguran kepada Duta Besar Nippon di Jerman, Oshima. Kala itu Syekh Al-Husaini sedang berada di Jerman.

Kawat teguran tersebut berisi imbauan kepada Perdana Manteri Jepang Kuniki Koiso agar secepatnya mengambil keputusan terhadap nasib 60 juta penduduk Indonesia yang 50 juta di antaranya bergama Islam. Kongres Islam se-Dunia menekan Jepang untuk segera mengusahakan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Atas teguran tersebut, Kuniki Koiso berjanji akan mengusahakan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia. Jawaban Koiso itu disebarluaskan melalui Majalah Domei. Kawat teguran dari Syekh Al-Amin Al-Husaini tersebut sampai kepada Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Ia selaku Ketua Masyumi menerima tindasan kawat teguran tersebut.

Menyikapi kawat teguran tersebut, Kiai Hasyim Asy’ari yang juga pemimpin tertinggi di Nahdlatul Ulama (NU) merasa perlu mengumpulkan para pengurus Masyumi yang terdiri dari berbagai golongan umat Islam dari sejumlah organisasi pada 12 Oktober 1944. 

Setelah rapat mempelajari sedalam-dalamnya tentang kemerdekaan Indonesia, maka diputuskan untuk menyampaikan sikap Masyumi kepada bala tentara Jepang sebagai berikut:

a) Menyiapkan umat Islam Indonesia supaya cakap dan cukup menerima kemerdekaan Indonesia dan kemerdekaan Agama Islam; b) menggiatkan segenap tenaga umat Islam Indonesia guna mempercepat kemenangan akhir guna menolak tiap-tiap rintangan dan serangan musuh yang dapat mngurungkan datangnya kemerdekaan Indonesia dan kemerdekaan Agama Islam; c) berjuang luhur bersama-sama, lebur bersama-sama dengan Dai Nippon di dalam jalan Allah untuk membinasakan musuh yang dzalim; d) menyampaikan keputusan tersebut pada: 1) Pemerintah Bala Tentara Dai Nippon; dan 2) rakyat (umat Islam) Indonesia.

Selanjutnya, KH Hasyim Asy’ari selaku pemimpin NU dan Masyumi segera membalas kawat tindasan Syekh Muhammad Al-Amin Al-Husaini yang telah membantu bangsa Indonesia dengan menegur Perdana Menteri Jepang Kuniki Koiso. Adapun balasan kawat tindasan sebagai ucapan terima kasih dari KH Hasyim Asy’ari adalah sebagai berikut:

Muhammad Al-Amin Al-Husaini Jerman dengan antara Perdana Menteri Kunaiki Koiso di Tokyo atas perhatian tuan dan seluruh alam Islami tentang janji Indonesia merdeka koma Majelis Syuro Muslimin Indonesia koma atas nama kaum Muslimin se-Indonesia koma menyatakan terima kash titik.

Asyukru walhamdulillah

Guna kepentingan Islam lebih perhebatkan perjuangan koma disamping Dai Nippon sampai kemenangan akhir tercapai koma moga-moga pula perjuangan tuan untuk kemerdekaan negeri Palestina dan negeri-negeri Arab lainnya tercapai titik

Majelis Syura Muslimin Indonesia

Hasyim Asy’ari

(Fathoni)