Daerah

Yang Membid'ahkan Maulidan Tak Paham Nilai Persaudaraan

Sab, 1 Desember 2018 | 08:30 WIB

Jombang, NU Online
Sebagian orang menilai merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah bid'ah, lantaran tak ada perintah dari nabi langsung pada masanya, atau sikap nabi yang menunjukkan untuk merayakan kelahirannya.

Meski demikian, umat Islam pada bulan Maulid ini masif merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW itu. Bahkan perayaannya dilakukan di sejumlah tempat, mulai dari mushala, masjid hingga di masing-masing rumah warga.

Terkait hal ini, salah seorang pelajar Nahdlatul Ulama (NU) asal Bangkalan, Madura, Zakaria mengatakan, untuk mengetahui esensi dari perayaan Maulid Nabi tak perlu repot-repot mencari hadits nabi. Pasalnya selain hal itu menjadi tradisi muslim mayoritas sebagai bentuk syukur dan berharap syafaat nabi kelak di akhirat.

Selain itu juga imbuhnya, sebagai wadah untuk meningkatkan silaturrahim atau solidaritas persaudaraan antarsesama umat muslim lewat majelis maulidan. "Jika orang-orang memahaminya setiap yang dilakukan tidak ada contohnya itu bid'ah, atau maulidan itu bid'ah, esensinya tidak memahami solidaritas persaudaraan," katanya, Sabtu (1/12).

Menurutnya, peringatan Maulid Nabi mampu menjadi media yang efektif untuk menguatkan nilai-nilai sosial. Tak jarang setiap perayaan Maulid Nabi ditemui sejumlah lapisan masyarakat bertemu dalam satu forum maulidan itu. Mulai dari ulama, umara, TNI, Polri hingga masyarakat biasa.

"Berbagai elemen masyarakat itu bertemu menjalin shilaturrahim dalam satu wadah yang sama, yakni majelis shalawatan atau maulidan itu," jelasnya. (Syamsul Arifin/Muiz)