Daerah

Wakil Bupati Oku Selatan Dilantik Jadi Ketua PCNU Periode 2018-2023

NU Online  ·  Kamis, 11 Juli 2019 | 05:00 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Ogan Komering Ulu (Oku) Selatan akan menggelar pelantikan pengurus pada Kamis (11/7) siang. Prosesi akan berlangsung di  Masjid Agung Al-Muhtadin Muara Baru, Kabupaten Oku Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. 

Kegiatan menjadi perhatian sebab pada pelantikan kali ini, Wakil Bupati Oku Selatan, Sholehin Abuasir akan dikukuhkan menjadi Ketua PCNU Kabupaten Oku Selatan periode 2018-2023.  

Rencananya kegiatan akan dihadiri Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, Katib Syuriyah PBNU KH Nurul Yakin, Ketua PWNU Sumatera Selatan Heri Candra, Bupati Oku Selatan Popo Ali Murtopo, Rais Syuriah PCNU KH Imam Syardini dan ratusan pengurus serta Nahdliyin di Kabupaten Oku Selatan

Sholehin Abuasir merupakan anak bungsu dari pasangan KH Abuasir Saleh dan Hj Siti Hawa. Ayahnya merupakan tokoh agama yang disegani masyarakat di Oku Selatan. Sholehin Abu Asir merupakan Wakil Bupati pertama dari kalangan birokrat. Sebelum mencalonkan diri menjadi Wakil Bupati pada 2018 lalu, Sholihien menjabat berbagai kepala dinas di Pemkab Oku Selatan. 

Sejak kecil, Sholihien memang hidup di lingkungan NU. Melalui keluarganya dia banyak tahu bagaimana NU secara kelembagaan dan NU secara ideologi Islam. Makanya, pejabat yang sudah melanglang buana di dunia pemerintahan ini mau mengabdi di NU sebagai bentuk kerja nyata di masyarakat. 

Ketua PWNU Sumatera Selatan, Heri Candra berharap pelantikan PCNU Oku Selatan benar benar mampu memasyarakatkan NU di kawasan Sumatera Selatan terutama di Oku Selatan. Terutama memperkuat Ahlusunnah wal Jamaah agar Islam yang ramah tumbuh subur di tanah kemaritiman itu. 

“Mudah-mudahan NU semakin kuat masyarakat semakin paham islam yang ramah, yang moderat,” tutur Kiai Candra seperti rilis yang diterima NU Online, Kamis (11/7). 

Menurut Heri, belakangan muncul berbagai pemahaman Islam transnasional di masyarakat. Yaitu pemahaman Islam yang hanya menterjemahkan ajaran islam dipandang dari satu sudut, padahal ajaran islam sangat luas. (Abdul Rahman Ahdori/Abdullah Alawi)