Jombang, NU Online
Tidak banyak yang mengambil keputusan untuk menjadi penghafal Al-Qur’an. Padahal dalam sebuah hadits telah dinyatakan bahwa orang terbaik adalah mereka yang memiliki kepedulian kepada kalam Allah SWT ini.
Hal tersebut disampaikan Saifullah Yusuf pada kegiatan Wisuda Hafidh VIII dan Binnadhor II Pondok Pesantren Nurul Qur'an di Bendungrejo, Jogoroto, Jombang, Jatim, Sabtu (2/9) malam.
"Kita bangga terhadap anak muda yang mau belajar dan menghafal serta mengamalkan Al-Qur’an," kata pria yang juga Ketua PBNU ini di hadapan ratusan wali santri yang turut hadir.
Karena dalam pandangannya, yang mulia di hadapan Allah SWT bukan mereka yang memiliki jabatan mentereng. "Yang terbaik adalah mereka yang mau belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya," ungkapnya sembari membacakan sebuah hadits.
Menjadi penghafal Al-Qur’an adalah kebulatan hati untuk menjadi kekasih Allah SWT. "Karena sebagai kekasih, maka saya yakin hidup kalian akan diatur oleh Allah SWT," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.
Kepada hadirin, khususnya para wisudawan, Wakil Gubernur Jatim ini juga berbagi kiat sukses dengan menjaga 4 hal yakni doa, usaha, ilmu dan tawakkal atau DUIT. "Dengan duit itulah maka kita dapat berhasil dalam hidup," katanya.
Baginya, persyaratan pertama adalah doa. "Apalagi kita telah diingatkan bahwa doa adalah senjata utama kaum muslimin," terangnya.
Pentingnya doa sudah banyak diketahui. Bahkan sejak kecil, kaum muslimin telah dikenalkan sejumlah doa dalam keseharian. Dari mulai sebelum dan sesudah makan juga tidur, mengawali dan mengakhiri aktivitas, dan berbagai kegiatan lainnya nyaris tidak pernah lepas dari doa. "Akan tetapi, kita sering lupa," ungkapnya.
Setelah doa, berikutnya adalah usaha. "Ikhtiar atau usaha menjadi hal penting sebagai upaya melengkapi doa yang kita panjatkan setiap saat," kata Gus Ipul. Karena doa saja tidak cukup, melainkan harus juga diimbangi dengan kerja keras, lanjutnya.
Yang juga penting adalah ilmu. "Inilah yang dikatakan sebagai kerja cerdas yakni bekerja dengan landasan pengetahuan," kata Wagub Jatim dua periode tersebut. Sehingga orang tidak semata mengerjakan sesuatu dengan kekuatan tenaga dan fisik, melainkan juga diimbangi pengetahuan yang memadai.
"Terakhir adalah tawakkal atau pasrah," katanya. Bila sejumlah upaya telah dilakukan dengan tidak meninggalkan aturan dan mekanisme yang disarankan serta tentu saja penuh perhitungan, maka ujungnya adalah pasrah. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)