Jember, NU Online
Dalam rangka memperingati hari disabilitas internasional, Universitas Negeri Jember (Unej) Jawa Timur melalui Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) menyelenggarakan seminar nasional pendidikan inklusif dengan tema Bersama Merayakan Keberagaman.
Seminar menghadirkan Uwes Anis Chairuman selaku Kasubdit Pembelajaran Khusus Kemenristekdikti, Nur Azizah yang juga peneliti dan dosen PLB UNY, dan Alies Poetri Lintangsari dari PSLD Universitas Brawijaya. Kegiatan dimoderatori Senny Wiyara Dienda dari Korpus PLCD LP3M Unej ini dimaksudkan membangun kesadaran bersama membangun intitusi pendidikan dan lingkungan ramah difabel.
Rektor Universitas Jember, Mohammad Hasan dalam sambutannya menegaskan bahwa membangun institusi dan lingkungan yang ramah difabel adalah kebutuhan. “Sekaligus kewajiban kita bersama,” katanya, Selasa (4/12).
“Dalam rangka mewujudkan kampus ramah difabel, dapat dikonstruk dalam bentuk program penyediaan pendamping khusus untuk membantu mahasiswa berkebutuhan khusus saat proses pembelajaran di kelas,” kata Akhmad Taufiq, Ketua LP3M Unej.
Adanya pendamping khusus ini diharapkan segala hak kaum difabel bisa terpenuhi. Saat ini ada sekitar 8 mahasiswa kampus setempat yang memiliki kebutuhan khusus. “Jumlah itu bisa bertambah. 8 itu dengan variasi kebutuhan khususnya ada low vision, autis dan tuna daksa,” terangnya.
Pihaknya sudah membentuk Pusat Layanan Counseling Dissabilitas (PLCD) yang khusus menangani segala persoalan yang dihadapi mahasiswa difabel. Ada dua program yang menjadi prioritaskan. “Pertama, terkait penyediaan fasilitas fisik yang aksesbilitas bagi mahasiswa difabel. Dan kedua, pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berbasis difabel,” ungkapnya.
Untuk penyediaan sarana prasarana, lanjut Taufiq, sejauh ini gedung baru saja yang sudah aksesbilitas terhadap kaum difabel. Sementara gedung lama dinilainya masih dalam tahap penyesuaian. “Namun untuk gedung baru, semuanya sudah didesain ramah difabel. Secara bertahap kita akan berupaya agar seluruh gedung lama di Unej ramah terhadap difabel,” jelasnya.
Selanjutnya, ke depan pihaknya juga menyediakan tenaga pendamping untuk membantu mahasiswa difabel saat proses pembelajaran di kelas. “Tenaga pendamping ini sangat dibutuhkan karena ada kondisi tertentu mahasiswa difabel membutuhkan penanganan secara khusus,” katanya.
Tenaga pendamping ini sangat diperlukan sesuai dengan variasi kebutuhan mereka. “Jadi, kita akan assessment dulu kebutuhan mereka seperti apa, sehingga pendampingan yang diberikan juga sesuai kebutuhan mahasiswa difabel,” ujarnya.
Pihaknya juga akan merumuskan panduan pembelajaran berbasis disabilitas. Setelah seminar, pihak kampus juga akan menyusun kurikulum dan pembelajaran semacam panduan pembelajaran berbasis difabel. “Tujuannya tidak lain, agar pembelajaran di kelas juga ramah difabel,” imbuhnya.
Taufiq berharap, dengan segala upaya yang sudah dilakukan bisa mewujudkan Unej sebagai kampus ramah difabel. “Kita juga terus mengkampanyekan terkait inklusivitas, baik di internal maupun di masyarakat luas, bahwasanya kaum difabel juga memiliki hak yang sama dan wajib diperhatikan,” pungkasnya. (Aryudi A Razak/Ibnu Nawawi)