Daerah

Umat Islam Diimbau Selektif Memilih Ustadz di Media Sosial

Ahad, 16 Februari 2020 | 16:47 WIB

Umat Islam Diimbau Selektif Memilih Ustadz di Media Sosial

Salah satu kegiatan Majelis At Tibyan, Pringsewu, Lampung (Foto: NU Online/ Faizin)

Pringsewu, NU Online

Di era kemajuan teknologi informasi saat ini, masyarakat sering 'terkecoh' dengan sosok ustadz viral di media sosial. Banyak yang tidak melihat dan mempertimbangkan sanad atau silsilah keilmuan ustadz tersebut. Label 'ulama' pun dengan mudahnya disematkan kepada orang yang lihai berkata-kata namun dangkal ilmu agamanya.

 

Akibat dari hal ini, banyak masyarakat semakin jauh dari ulama sebenarnya. Padahal ulama sebenarnya adalah penerus para nabi yang menjadi lampu penerang umat. Nabi pun telah mengingatkan dalam haditsnya untuk senantiasa mengikuti para ulama.

 

"Kembalilah pada alim ulama yang jelas keilmuannya. Banyak sekarang yang pintar ngomong saja disebut ulama," kata Wakil Sekretaris Idarah Wustho JATMAN Provinsi Lampung, Kiai Abah Anom di depan Majelis At Tibyan Pringsewu, Lampung, Ahad (16/2).

 

Ia mengingatkan bahwa sanad keilmuan merupakan sebagian dari agama. Jika seseorang yang tidak punya guru jelas maka cenderung akan berbicara semaunya berdasarkan akal pikirannya saja. Dan kondisi ini bukan akan memperbaiki umat, namun justru akan merusak agama.

 

"Mencari ilmu itu harus seperti hadits yang ada riwayat yang jelas. Jangan rawahu youtubi, facebooki, wa googeli," katanya mengingatkan untuk selektif dalam memilih ustadz di media sosial.

 

Dengan belajar tanpa memiliki daya seleksi yang baik dan kuat, maka seseorang akan terbawa pada situasi merasionalisasikan sendiri hukum dan sumber agama. Padahal ini sangat berbahaya dan mengarah kepada kemudlaratan yang jauh lebih besar.

 

Selain fenomena jauh dari ulama, ia juga mengingatkan fenomena lain yang muncul di masyarakat yakni dakwah yang memaksa dan dengan kekerasan. Fenomena ini ia sebut sebagai pemaksaan dalam agama dan mengatur sang pencipta, Allah Swt.

 

"Saat ini banyak orang yang pinginnya malah ngatur Allah Swt yang telah menciptakan manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan memiliki kebudayaan dan agama yang berbeda," katanya.

 

Pemahaman yang tidak sama dengannya disalah-salahkan, dibid'ah-bid'ahkan, bahkan dikafir-kafirkan. Padahal menurut-Nya sudah jelas manusia diciptakan berbeda-beda. Dan kalau pun Allah menghendaki, bisa dengan mudah membuat sama seluruh manusia.

 

"Justru yang dikehendaki Allah adalah berbeda-beda. Sehingga ini menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk berdakwah dengan penuh kasih sayang. Tunjukkan dengan cara yang baik bahwa Islam ya'lu walaa yu'la alaih (Islam tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam)," pungkasnya.

 

Pewarta: Muhammad Faizin

Editor: Aryudi AR