Daerah

Trenggalek akan Kembangkan Tradisi Kupatan di Durenan

NU Online  ·  Rabu, 6 Agustus 2014 | 06:26 WIB

Trenggalek, NU Online
Bupati Trenggalek, Jawa Timur, berjanji untuk menyalurkan anggaran khusus guna mengembangkan tradisi kupatan di Kecamatan Durenan, sehingga ke depan lebih meriah lagi dan mampu menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.
<>
"Ini sedang kami kaji terus mengenai konsep dan kemasan kegiatannya, tanpa merusak corak asli tradisi kupatan yang ada," kata Bupati Trenggalek Mulyadi WR menanggapi tren penurunan pengunjung tradisi Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan, Selasa.

Mulyadi yang sempat melakukan kegiatan anjangsana ke sejumlah tokoh agama dan masyarakat dalam rangka ikut memeriahkan acara Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan mengisyaratkan, pemerintah daerah pada dasarnya hanya memfasilitasi.

Mengenai tradisi kupatan maupun kegiatan saling beranjangsana, menurutnya hal itu merupakan tradisi yang bersifat alami.

"Mungkin nanti daerah bisa membantu menyelenggarakan semacam pembuatan atau penyajian kupat terpanjang sehingga memecahkan rekor tertentu tingkat nasional maupun internasional," cetusnya.

Namun apa yang disampaikan Mulyadi masih bersifat wacana. Kendati demikian mantan Asisten III Pemprov Jatim ini berjanji untuk merealisasikannya tahun depan (2015), dengan menyelenggarakan pameran kupat di tempat tertentu di Kecamatan Durenan.

"Soal rencana dan teknis kegiatan nanti sebaiknya disusun oleh masyarakat sendiri dengan difasilitasi pemerintah desa dan kecamatan. Supaya motivasi dan pengembangan inspirasi itu bisa muncul dari bawah dan mengena," kata Bupati.

Senada dengan Bupati, salah satu ulama muda di Kecamatan Durenan, Mohammad Yunus atau Gus Yunus berharap ada campur tangan pemerintah daerah dalam upaya lebih mengembangkan tradisi Lebaran Ketupat di daerahnya.

Gus Yunus dan sejumlah warga lain berasumsi ritual Lebaran Ketupat sudah menjadi ikon wisata yang menasional, sehingga perlu "sentuhan" dan "polesan" khusus dari pemerintah daerah supaya lebih berwarna dan menarik secara kepariwisataan.

"Kalau ada dukungan dari pemerintah daerah, tentu akan lebih baik. Selain lebih bervariasi, tujuan syiar agama sebagaimana semangat yang dibawa Mbah Mesir pada pertengahan abad 17 lalu bisa menjangkau secara luas," cetusnya. 

Tradisi perayaan Lebaran Ketupat merupakan rangkaian akhir setelah umat muslim melakukan ibadah puasa sunah "syawal" selama enam hari di bulan Syawal kalender Islam, yakni mulai H+2 hingga H+7 Lebaran.

Di Kecamatan Durenan, tradisi ini telah menyebar hingga di 12 desa, maupun ke sejumlah daerah lain yang jaraknya cukup jauh, seperti di Kelurahan Kelutan, Kecamatan Trenggalek, maupun daerah-daerah lain di Tulungagung, Blitar dan Kediri. (antara/mukafi niam)