Daerah

Tiga Ulama Meninggal di Dalam Mobil

NU Online  ·  Kamis, 12 April 2007 | 00:27 WIB

Kuningan, NU Online
Masyarakat Cirebon khususnya, dan umat Islam umumnya, berduka. Tiga ulama pengasuh pondok pesantren di wilayah Cirebon meninggal secara bersamaan di dalam mobil Mercedes Benz E300 nopol B 678 WM yang terparkir di Jl Raya Ciharendong, Kabupaten Kuningan, tepat persis di depan kios perajin batu nisan. Ketiganya adalah sosok kiai terkenal di wilayah III Cirebon. Mereka adalah KH Imam Ali (56), pengasuh Pondok Pesantren Al-Makmurah Susukan, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan yang juga ulama disegani yang tinggal di Jl Pangeran Drajat, Kota Cirebon.

Selain itu KH Salman Alfarisi (57), warga Sliyeg, Kabupaten Indramayu, dan KH Abdul Wahab Sodiq (57) warga Losari, Kabupaten Cirebon. Selain tiga ulama, seorang lagi yang turut meninggal yakni Zaenudin (53), sopir pribadi warga Jl Pangeran Drajat, Kota Cirebon.

<>

Keempat korban ditemukan seperti terduduk santai di dalam mobil. Korban sudah tewas sejak sehari sebelumnya, yakni pada Selasa siang (10/4) sekitar pukul 13.00. Sebab, menurut sumber Radar, mobil tersebut sudah terparkir di pinggir tanjakan Ciharendong sejak Selasa itu.

Pemilik kios perajin batu nisan, Kasim (58), warga Desa Ciloa, Kramatmulya, Kuningan, yang persis di depan pemberhentian mobil itu tidak menaruh curiga jika semua penumpang telah tewas.

Sebab, hingga Rabu pagi, sekitar pukul 8.00, mobil tersebut masih nongkrong di TKP. Beberapa warga curiga dan memberanikan diri mendekatinya. "Pertama kali lihat, saya kira sedang tidur. Tapi setelah dipanggil dan kaca pintu mobilnya diketok-ketok, orang yang di dalam tidak nyahut-nyahut. Saya tiba-tiba curiga dan meminta warga yang lain melaporkannya ke polisi," ujar Ujang.

Tidak sampai lima menit, puluhan polisi pun tiba di lokasi. Karena mobil tertutup dan pintunya terkunci, polisi terpaksa menjebol kaca pintu mobil untuk membukanya. Meski seperti tertidur santai di jok kursinya masing-masing, keempat penumpang Mercy ternyata sudah tidak bernyawa. Namun, di seputar tubuh empat mayat tidak sedikitpun adanya bekas tindakan kekerasan yang mengarah ke pembunuhan.

Diduga, tiga kiai dan sopirnya tersebut sedang dalam perjalanan dari Cirebon menuju Pontren Al-Makmurah, Desa Susukan, Ciawigebang, Kabupaten Kuningan. Tapi di tengah perjalanan, mereka keracunan gas karbon monoksida (CO) yang dikeluarkan oleh knalpot mobil yang bocor dan masuk dalam mobil melalui AC.
Keempat mayat selanjutnya dibawa ke kamar jenazah RSUD 45 Kuningan. Di sana, keluarga besar KH Imam Ali beserta santrinya mulai berdatangan. Sehingga, kamar jenazah rumah sakit dan seputarnya dipenuhi ribuan manusia dan isak tangis keluarga serta kerabat korban. Selanjutnya, keempat jasad tersebut dibawa ke RSUD Gunung Jati Cirebon untuk diotopsi.

Sampai berita ini diturunkan, tim forensik dari RSUD Gunung Jati masih melakukan otopsi untuk mencari tahu penyebab kematian keempat orang tersebut.
Kapolwil Cirebon, Kombes Pol Drs Bambang Puji Raharjo mengungkapkan, pihaknya masih melakukan penyelidikan kasus kematian empat orang ini. Kapolwil Bambang juga mengaku masih menunggu hasil otopsi yang dilakukan tim forensik RSUD Gunung Jati Cirebon. "Sampai saat ini kita masih belum bisa memastikan apa penyebab kematian keempatnya. Dugaan awal akibat gas buang mobil yang masuk melalui AC,” katanya saat melayat di kamar mayat RSUD Gunung Jati.

Namun Bambang juga mengatakan, dugaan tersebut bisa saja meleset, artinya kalau nanti hasil otopsi terungkap lain, maka keterangan dari dokter forensiklah yang akan digunakan.

Sementara menurut Ny Hj Dharliana Harjowikarto SE SH MM, adik dari korban KH Imam Ali, keluarga memang sempat menolak dilakukan otopsi, tapi akhirnya bersedia demi untuk penyelidikan.

Di lokasi kamar mayat RSUDGJ, terlihat pejabat kepolisian yakni Kapolwil Cirebon Kombes Pol Bambang Puji Raharjo, Kapolres Kuningan AKBP Drs Rahmat Hidayat, Kapolresta AKBP Drs Edison Sitorus, para kapolsek, kerabat dan rekan empat orang almarhum yang berdatangan untuk melayat, seperti KH H Hasan dari Balerante Palimanan dan KH Yusuf dari Desa Sampiran, Talun, Kabupaten Cirebon.

KH Imam Ali memang terkenal ulama yang memiliki watak tegas dan keras dalam amar ma'ruf nahi munkar. Tetapi, di sisi lain almarhum juga sangat mencintai dan peduli terhadap anak-anak yatim, masyarakat pinggiran, dan kaum miskin. Bahkan saat ini, di setiap pondok pesantren yang didirikan, selain dihuni oleh anak yatim, juga anak-anak miskin. Bukan hanya itu, santrinya juga banyak didatangkan dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, dan daerah lainnya, yang sebelumnya beragama luar Islam (mualaf).(ksd)