Daerah

Tanpa Sanad, Manusia Bisa Bicara Apa Saja Tanpa Dasar

Ahad, 13 Oktober 2019 | 11:00 WIB

Tanpa Sanad, Manusia Bisa Bicara Apa Saja Tanpa Dasar

KH Abd A'la (tengah) saat memberikan sambutan pada Daurah Aswaja. Kegiatan berlangsung di PWNU Jatim. (Foto: NU Online/panitia)

Surabaya, NU Online
Sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus negeri di Jawa Timur mendapatkan gemblengan materi Ahlussunnah wal jamaah atau Aswaja. Kegiatan dikemas dalam Daurah Aswaja untuk Mahasantri yang dipusatkan di Aula Salsabila, kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Sabtu (12/10).
 
KH Abd A'la sebagai Wakil Ketua PWNU Jatim menyampaikan bahwa mata rantai keilmuan dalam Islam adalah penting. 
 
"Tanpa sanad, maka manusia bisa ngomong apa saja tanpa dasar," ujar guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini saat memberikan sambutan.
 
Dalam pandangan Prof A’la, sapaan akrabnya, bahwa para ulama dan kiai punya sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan.
 
“Sanad keilmuannya sampai kepada para ulama sebelumnya, yaitu para penulis kitab dan bahkan sanad hingga Rasulullah," ujarnya di hadapan para mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari program PWNU Jatim tersebut. 
 
Daurah Aswaja berlangsung dua hari, dengan lima materi. Dimulai materi pertama tentang sejarah dan identitas Aswaja serta landasan amaliah yang disampaikan Ustadz Yusuf Suharto. Sedangkan materi kedua seputar aliran dalam Islam yang disampaikan Ustadz Dafid Fuadi. 
 
Ustadz Yusuf Suharto dalam pemaparannya menyampaikan bahwa definisi Ahlussunah walJamaah atau Aswaja yang dikenal di dalam dunia Islam saat ini adalah Islam yang bermazhab. 
 
"Islam bermazhab yang dalam dunia Islam di kalangan Ahlussunnah wal Jamaah merujuk pada mazhab empat,” kata kandidat doktor dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang ini.
 
Mazhab empat ini adalah yang dianut oleh mayoritas umat Islam. 
 
“Hal ini sesuai dengan arahan Nabi agar mengikuti golongan mayoritas masyarakat atau alaikum bis sawadil a'dzam,” kata ustadz di Pesantren Mamba’ul Ma’arif, Denanyar, Jombang ini.
 
Kepada santri yang baru berstatus mahasiswa tersebut, Ustadz Yusuf Suharto menyatakan jika di kampus kemudian ingin menguji suatu komunitas itu apakah seperti kita yang Aswaja ala NU, atau tidak, maka bisa ditanyakan. Bagaimana pandangannya tentang mazhab empat? Bagaimana pendapat mereka terkait Imam Abul Hasan al-Asy'ari dan Imam Ghazali.
 
“Kalau ternyata pandangan mereka itu negatif, maka jangan ikut komunitas itu. Segeralah ikut komunitas yang sama, sebagai sesama Nahdliyin,” pesannya.
 
Sedangkan materi berikutnya di hari kedua adalah praktik ibadah, kemudian wawasan kebangsaan untuk penguatan NKRI, dan strategi dakwah Aswaja di kampus.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR