Daerah

Tak Lekang Usia, Mbah Sikem Bangga Gabung Banser

Sel, 24 Desember 2019 | 03:00 WIB

Tak Lekang Usia, Mbah Sikem Bangga Gabung Banser

Mbah Sikem bersama Wariyono usai materi Peraturan Baris Berbaris pada Diklat Terpadu Dasar Banser oleh PAC GP Ansor Lengkong, Nganjuk. (Foto: NU Online/Hafidz Yusuf).

Nganjuk, NU Online
Suasana Pondok Pesantren Darut Tholibin Desa Jatisari, Kecamatan Lengkong, Nganjuk, Jawa Timur beberapa waktu berselang terlihat ramai. Sebab, banyak pemuda berkumpul guna mengikuti agenda kaderisasi. Kali ini adalah pembukaan Diklat Terpadu Dasar (DTD) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Lengkong.
 
Salah satu yang menarik perhatian peserta dan hadirin yakni turut sertanya Mbah Sikem pada DTD. Sosoknya menjadi pembeda dari sejumlah kader Ansor dan Banser yang hadir dan tercatat terdapat 100 lebih peserta diklat yang mengikuti acara pembukaan. 
 
"Mbah Sikem ini luar biasa dan harus meneladani. Biarpun usia telah lanjut namun semangat dan jiwa masih muda. Beliau Banser kehormatan," kata Mohammad Musbichin, Selasa (24/12).

Ketua GP Ansor Kecamatan Lengkong ini menjelaskan bahwa Mbah Sikem menginjak 67 tahun. Bila ditelisik dari situ seharusnya masuk dalam jajaran kepengurusan NU. Namun, dirinya lebih memilih Banser sebagai organisasi tempat mengabdi kepada Nahdlatul Ulama.
 
"Sudah lama saya mengikuti kegiatan Banser di rumah, saya sangat senang dan nyaman berada di antara para Banser," ungkapnya saat itu.
 
Musbichin  mengatakan orang seusia Mbah Sikem jika di jajaran kepengurusan Ansor maka sudah tidak bisa. Namun jika di Banser tidak ada batasan umur.

Mbah Sikem merupakan warga asal Desa Gampeng, Kecamatan Ngluyu, Nganjuk. Kampungnya terletak disebuah lereng bukit dan tak jauh dari hutan. Sehari-hari bekerja sebagai pencari kayu bakar di hutan. Sesekali mencari madu dari tawon liar yang berada di hutan untuk dijual.
 
Warga di Desa Gampeng maupun sekitarnya sudah mengerti betul siapa Mbah Sikem. Dia bukan pejabat, tetapi dikenal sebagai orang yang ikhlas dan ringan tangan ketika diajak mengaji dan berkegiatan di NU. 
 
Setiap Sabtu malam, Mbah Sikem berkunjung ke rumah Kiai Syamsul di Pace, Nganjuk untuk mengaji dan menambah wawasan ilmu agama. Dari situlah dirinya menjadi semangat berjuang dan mengabdi kepada NU.
 
Saat acara Diklatsar berlangsung, Mbah Sikem selalu menjadi sorotoan pemateri yang hadir dan mendapat banyak pujian. Hingga suatu ketika Wariyono, seorang TNI yang memberikan materi Peraturan Baris Berbaris (PBB) kepada peserta Dikltasar melihat Mbah Sikem tidak memakai sepatu. Lantas, Wariyono pun meminta Mbah Sikem untuk maju.
 
"Hari ini saya memberikan sepatu saya untuk Mbah Sikem, mudah-mudahan sepatu saya ini dapat bermanfaat untuk menambah semangat berkhidmah kepada NU dan NKRI," katanya yang diikuti tepuk tangan meriah peserta Diklat.
 
 
Kontributor: Hafidz Yusuf
Editor: Ibnu Nawawi