Daerah

Tahun Baru Islam, MWCNU Kaliwates Gelar Pengajian Akbar

NU Online  ·  Senin, 3 Desember 2012 | 12:13 WIB

Jember, NU Online
Dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1434 H., MWCNU Kaliwates, Jember menggelar  sejumlah acara, yaitu Jalan sehat, haul nahdliyyin, santunan anak yatim dan pengajian akbar.  
<>
Semuanya dipusatkan di kantor MWCNU Kaliwates, Jl. Gajahmada, Jember. Jalan sehat yang digelar Ahad pagi (2/11) diikuti sekitar 2.500 orang, dengan menyediakan sejumlah hadiah seperti kulkas, TV, Kipas angin dan sebagainya. 

Mereka menempuh rute  jalan protokol kota dan melewati Unversitas Islam Jember. “Hitung-hitung kita juga ingin memperkenalkan UIJ. Ini kan punya NU,” tukas Ketua MWCNU Kaliwates Muhammad Nur, kepada NU Online.

Petang harinya, acara dilanjutkan dengan haul dan penyerahan santuan untuk anak yatim. Santunan tersebut secara simbolis diberikan kepada 27 anak yatim dari Kecamatan  Kaliwates. Kebahagiaaan terpancar dari anak-anak yang kurang beruntung itu. Mereka pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada panitia. 

“Kita harus berbagi untuk mereka yang membutuhkan. Dan masih terlalu banyak orag yang butuh uluran tangan kita,” tutur salah seorang  pengurus MWCNU, Taufiq usai menyerahkan santunan. Acara tersebut diakhiri dengan doa yang dipimpin Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad.

Malam harinya dilanjutkan dengan pengajian akbar, yang menghadirkan muballigh di Bondowoso, KH Abdul Malik Sanusi dan KH Abdullah Syamsul Arifin (Ketua PCNU Jember). 

Dalam ceramahnya, KH Abdul Malik menegaskan pentingnya kita mensyukuri nikmat Allah. Kalau seseorang pandai bersyukur, maka semuanya menjadi lapang. “Bagaimanapun sempitnya tempat kita, akan menjadi luas kalau kita pandai bersyukur. Sebaliknya, betapapun luasnya tempat kita, kalau tidak pandai bersyukur, akan menjadi sempit. Jadi sesungguhnya yang sempit itu hati kita,” tukasnya.

Sementara KH Abdullah Syamsul Arifin mengulas seputar hijrahnya Nabi Muhammad SAW yang kemudian melahirkan tahun hijriyah. Menurut Gus A’ab –sapaan akrabnya—sesungguhnya proses hijrahnya Nabi yang mengharu biru, menegangkan dan dramatis  itu adalah bagian dari kehendak Allah agar umat Islam bisa mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. 

“Kalau Allah mau, hijrah Nabi itu bisa hanya dalam satu kedipan mata. Bisa, karena Allah punya kuasa. Tapi semua itu dibuat sedemikian rupa  agar manusia bisa berpikir dan mengambil hikmah,” jelasnya.


Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor: Aryudi A Razaq