Daerah

STMIK Al-Mizan Gelar Studium General dan Penyematan Jas Almamater

NU Online  ·  Selasa, 14 Juni 2011 | 01:49 WIB

Jatiwangi, NU Online
Sebagai upaya untuk mengenalkan lebih jauh tentang cara belajar di Perguruan Tinggi bagi Calon Mahasiswa Baru Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) kampus Al-Mizan dan bagaimana peran pendidikan teknologi informasi berbasis pesantren dalam membangun kemandirina bangsa, maka Sabtu, 11 Juni 2011 diselenggarakan Studium General (Kuliah Umum) dan Penyematan Jas Almamater di Pondok Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka.
<>
Acara yang diikuti oleh seluruh calon mahasiswa baru STMIK kampus Al-Mizan ini juga diadiri oleh Ketua STMIK Bandung, HM Louis Fredrick, SE,SH., MM, didampingi Wakil Ketua Bidang Sumber Daya Manusia & Kerjasama, Dr Abdurrahman, S.Kom, MT. dan Direktur Pemasaran, Yus Jayusman, S.Kom. Sedangkan   dari Al-Mizan hadir Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan yang juga Pembina Yayasan Al-Mizan Langensari, KH Maman Imanulhaq, Ketua Yayasan Al-Mizan, M Zaenal Muhyidin, S.Ag., MM, didampingi Sekretaris, Wakil Sekretaris, dan Bendahara Yayasan Al-Mizan, yakni Ade Duryawan, S.Pd., Hj. Dede Masitoh, S.Ag., dan Asep Zaenal Arifin, S.Pd.I.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan, KH Maman Imanulhaq dalam sambutanya menyampaikan ucapan selamat datang dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada STMIK Bandung yang telah menjalin kerjasama dengan Pondok Pesantren Al-Mizan dalam Program Sarjana Muslim Unggulan bagi lulusan SMA, MA, dan SMK.

Menurut kang Maman, “Program ini sangat bagus dan mulia, dimana setiap mahasiswa STMIK diharapkan bukan hanya cerdas TI (teknologi informasi)  akan tetapi dia juga mempuni dalam hal agama yang diperkuat dengan nilai-nilai kepesantrenan. Makanya, kami sangat apresiasi program ini. Bahkan, kalau bisa semua guru dan karyawan Al-Mizan mengikuti kuliah IT. Sehingga semuanya melek teknologi,“ jelasnya.

Sedangkan Ketua STMIK Bandung, HM Louis Fredrick, SE.,SH., MM, diawal sambutannya mengatakan, “Sangat bersykur sekali bisa bekerjasama dengan Pesantren Al-Mizan. Saya terus terang agak ”kurang gaul“ sehingga tidak mengetahui bahwa pesantren Al-Mizan ini sering dikunjungi para tokoh“. Seperti pak Kiai Maman bilang tadi, “bahwa Pesantren ini pernah dikunjungi Ibu Negara, Hj Shinta Nurriyah Abdurrahman Wahid, alm.KH Muhaminan Gunardo (mbah Min) Budayawan Butet, Sultan Hamengkebuwono X, Wagub Jabar Dede Yusuf, dan Dansesko TNI, Laksamana Madya Moekhlas Sidik, MPA“, katanya.

Selain itu, Lois juga terinspirasi dan tergugah dengan Mars dan Hymne Al-Mizan yang dinyayaikan santri-santri Al-Mizan. “Baru kali ini saya datang ke pesantren dan dapat menikmati Mars & Hymne pesantren Al-Mizan. Lagunya sangat menyentuh hati dan sesuai dengan realitas saat ini,“ jelasnya.

Peran IT Berbasis Pesantren

Dalam kuliah umum (studium general) dengan tema: “Peran Pendidikan Teknologi Informasi Berbasis Pesantren dalam Membangun Kemandirina Bangsa“ disampaikan oleh Dr H Abdurrahman, S.Kom, MT.

Dalam paparanya, Abdurrahman menyoroti peran pendidikan TIK berbasis pesantren dalam membangun kemandirian bangsa sebagai suatu keharusan. Kenapa, karena menurutnya, minimal ada 4 analisis fenomena yang mendukung pernyataannya.

Menurut Ketua Bidang SDM & Kerjasama STMIK ini, analisi fenomena pertama adalah statistik pendidikan di Jawa Barat tahun 2009 menunjukkan jumlah siswa jenjang SD sejumlah 4.720.566, jumlah siswa SMP 1.493.032. Artinya lulusan SD yang meneruskan ke jenjang SMP + 30%. Kemudian jumlah  siswa SMA  24.625  artinya  lulusan  SMP  yang  meneruskan  ke SMA  +  2%, Lulusan SMA yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi tidak kurang dari 10% (berlaku nasional).

Selain itu, pemerataan pendidikan tinggi masih terpusat di kota besar dan biaya pendidikan tinggi semakin mahal. Ditambah dengan kebangkrutan moral bangsa Indonesia yang disebabkan oleh dekadensi moral (pergaulan bebas, korupsi, kolusi, dan nepotisme) dan krisis  kepemimimpinan yang seharusnya berorientasi pada kemaslahatan bangsa bukan pada kepentingan kelompok.

Analisis fenomena yang kedua adalah kiprah pesantren di masyarakat. Menurutnya, pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia tidak bisa dinapikan begitu saja. Kenapa, karena pesantren berdiri lebih awal dibandingkan dengan sekolah-sekolah konvensional, jumlah pesantren seluruh Indonesia berkisar 10 ribu lebih dan telah menghasilkan  jutaan  alumni  serta  telah  menggerakkan  politik  dan perekonomian bangsa Indonesia. Selain itu, pesantren juga sudah membangun nilai-nilai positif, seperti: tafaqquh fiddin, mengembangkan nilai-nilai kemasyarakatan (tasaamuh, tawassuth, tawazun), serta membangun kemandirian pribadi dan sosial. Pesantren juga menjdi benteng moral bangsa.

Analisis fenomena ketiga adalah teknologi informasi. Menurut lelaki berkaca dan Dosen ITB ini, saat ini Jumlah pengguna internet di Indonesia semakin berkembang  (+50 juta pengguna per akhir Desember  2010) dan akan terus meningkat dengan program pemerintah “Desa Informasi”, jumlah pengguna  handphone di Indonesia semakin meningkat (+60 juta (per akhir Desember 2011), M-Commerce (Mobile Services/Commerce) akan menjadi tren di dunia (termasuk Indonesia) pada tahun 2012, Open source software memiliki kemampuan dan kehandalan yang semakin tinggi, Open community system (jejaring sosial, dll) telah meniadakan sekat-sekat politik dan bangsa antar berbagai negara.

Sedangkan analisis fenomena keempat adalah kemandirian bangsa Indonesia. Menurutnya ada tiga indikator kemandirian suatu bangsa, yaitu pendidikan yang cerdas dan berkarakter, perekonomian yang sejahtera dan merata, dan kesehatan yang merata serta kemampuan masyarakat untuk mendapatkannya.

Dalam hal pendidikan, Indonesia menempati rangking 111 dalam pengembangan SDM. Oleh karena itu pendidikan di Indonesia masih minim yang melanjutkan ke jenjang S1, S2, S3, ditambah realisasi 20% dari APBN untuk pendidikan masih dalam proses. Dalam hal perekonomian, menurut Abdurrahman  jumlah pengusaha Indonesia masih di bawah 2%, lapangan kerja minim sehingga pengangguran meningkat, membanjirnya produk luar negeri yang kompetitif dan murah.

Sedangkan problem dalam hal kesehatan adalah masih minimnya daya beli masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas khususnya masyarakat desa.

Dari berbagai fenomena dan problem di atas menurut Abdurrahman salahsatu kuncinya adalah Pendidikan Teknologi Informasi berbasis Pesantren. Hal ini akan menjadi model pendidikan masa depan. Dimana pendidikan umum terpadu dengan pendidikan pesantren. Menurutnya, untuk meraih pendidikan masa depan tersebut maka perlu dilakukan 3 model pendekatan yaitu, Heart On, Head On, dan Hand On.

Head On, dan Hand On dalam program Teknologi Informasi (TI) adalah keahlian dan kompetensi. Dalam program ini lulusan STMIK diarahkan menjadi ahli dalam bidang programming (advance programming), ahli dalam membuat system (embedded system), ahli dalam jaringan (advance networking), ahli DBMS, ahli multimedia, dan ahli dalam membuat game (tehnology game).

Sedangkan keahlian dan komptensi dalam program System Informasi (SI) adalah lukusan STMIK diarahkan untuk menjadi Manajer Proyek IT (IT Project Manager), Manajemen Bisnis TI, Analisis Bisnis Perbankan, Sistem Keuangan, Analisi Bisnis Rumah Sakit, dan Sistem Analisis.

Adapun Heart On-nya adalah nilai-nilai Ke-Islam-an/Kepesantrenan dan Entrepreneurship. Perpaduan Heart On, Head On, dan Hand On ini akan menghasilkan profil mahasiswa STMIK Al-Mizan yang mempunyai nilai-nilai kepesantrenan dan kewirausahaan, mahasiswa yang mempunyai wawasan global dan kebangsaan yang kuat, serta mahasiswa yang siap kompetensi dalam teknologi informasi. Hal tersebut mewujud dalam sebuah visi yaitu menjadi Technopreneur & Profesional yang Cerdas dan Mandiri, Berkarya untuk kemaslahatan ummat dan bangsa.

Pantauan Al-Mizan Online, selain stadium geenaral dan penyematan jas almamater juga digelar demo robotic hasil karya Yus Jayausman, S.Kom.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Zayn