Daerah

Soal Persekusi di Subang, PWNU Jabar: Selesaikan dengan Kekeluargaan!

Sel, 29 September 2020 | 16:30 WIB

Soal Persekusi di Subang, PWNU Jabar: Selesaikan dengan Kekeluargaan!

Ketua PWNU Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah

Bandung, NU Online

Sebuah video yang berisi persekusi beredar luas di media sosial beberapa hari ini. Pelaku dan korban diduga adalah tokoh agama di Kabupaten Subang, Jawa Barat.


Ketua PWNU Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah mengajak kepada tokoh agama agar memberi teladan yang baik bagi masyarakat dalam segala tindakan, termasuk dalam menyelesaikan masalah, yaitu mestinya dengan cara-cara yang telah diajarkan Allah dan rasul-Nya. Bukan dengan cara-cara yang rendah seperti melakukan persekusi dan main hakim sendiri karena itu bukanlah solusi.  


“Kepada para ulama, habaib, para asatidz, guru, kiai, ajengan, dan yang lainnya yang ditokohkan di masyarakat, untuk kiranya memberikan contoh, uswah-uswah, yang bisa ditiru oleh masyarakat yaitu, menyelesaikan masalah dengan cara-cara baik. Jika ada sesuatu yang sekiranya mungkin menyinggung atau hal yang lain, bisa ditempuh dengan jalur legal secara hukum sehingga persoalan tuntas dengan baik,” jelasnya, Selasa (29/9). 


Namun, kiai yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 3 Cilamaya, Kabupaten Karawang ini menganjurkan agar para tokoh menyelesaikan masalah dengan cara-cara kekeluargaan terlebih dahulu sebelum menempuh jalur hukum. 


“Menurut hemat saya, setiap persoalan pasti ada solusi apabila diselesaikan dengan cara berpikir jernih dan musyawarah dengan cara kekeluargaan dan emosi yang terjaga, sehingga menghasilkan sesuatu yang menyejukkan bagi semua pihak termasuk masyarakat dan inilah yang diajarkan oleh baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam,” jelasnya.  


Menurut kiai yang akrab disapa Gus Hasan ini persoalan yang diselesaikan dengan cara kekerasan justru tidak akan menyelesaikan persoalan. Bahkan akan menimbulkan persoalan lain dan bisa jadi melibatkan banyak pihak yang menyebabkan tidak selesainya persoalan. 


“PWNU Jawa Barat meminta kepada warga Nahdliyin dan pengurus NU, lembaga dan banomnya agar menjadi contoh di masyarakat sebagai warga yang mengedepankan cara berpikir jernih dan menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah. Apa pun kejadian dan persoalannya, warga NU tidak perlu menyikapi secara berlebihan hingga menimbulkan perpecahan apalagi memperkeruh suasana. Prinsipnya pada situasi ketika ada potensi pecah belah, maka kita wajib bersama-sama agar jangan sampai hal itu terjadi,” lanjutnya.  


Oleh karena itu, PWNU Jawa Barat mengapresiasi pihak yang meminta maaf dan memberi maaf. Tidak ada istilah kalah dan menang dalam kata maaf. Kedua-duanya adalah orang yang terbaik. Orang yang meminta maaf tidak akan rendah nilainya, sementara orang yang memberi maaf juga tidak akan rugi. 


Gus Hasan kemudian mengutip Al-Quran: Wa saari’uu ilaa maghfiratin min rabbikum wa jannatin ardhuhas ssamaawaatu waal-ardhu u’iddat lil muttaqiin. Alladziina yunfiquuna fiis sarraa-i waad dharraa-i wal kaadimiinal ghaydha wal 'aafiina 'anin naasi waallaahu yuhibbul muhsiniin. Jadi, orang yang baik itu adalah orang yang mampu untuk memberikan kepedulian sosial, baik dalam kondisi susah maupun senang, kedua, waal kaadzimiinal ghaydha, orang yang mampu menahan emosi, wal 'aafiina 'anin naasi, kemudian orang yang ma u saling memaafkan. Itu adalah sifat yang terpuji yang disebut Allah Ta’ala sebagai orang yang bertakwa dalam ayat tersebut. 


Gus Hasan kemudian berpesan kepada dirinya sendiri dan semua elemen masyarakat, khususnya kepada tokoh masyarakat, dan Nahdliyin untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian. Hikmah yang baik harus dipetik menjadi pelajaran. Sementara hal yang jeleknya harus ditinggalkan. 


Pewarta: Abdullah Alawi

Editor: Mahbib Khoiron