Daerah

Sikapi Banjir, GP Ansor Pamekasan Serukan Gerakan Kesadaran #JagaSungai

Sen, 24 Februari 2020 | 03:30 WIB

Sikapi Banjir, GP Ansor Pamekasan Serukan Gerakan Kesadaran #JagaSungai

Kota Kabupaten Pamekasan dilanda banjir terparah tahun ini. (Foto: NU Online/Hairul Anam)

Pamekasan, NU Online

Banjir besar yang menimpa kota Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Senin (24/2), lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Banjir tersebut sampai masuk ke dalam kantor pemerintahan dan PCNU di Jalan R Abd Aziz Nomor 95, Pamekasan.

 

Untuk itu, Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Pamekasan menyerukan gerakan kesadaran #jaga sungai. Sebab, banjir tersebut berpangkal pada sungai perkotaan yang meluap hingga ke jalan-jalan raya. Akibatnya, kendaraan banyak yang mogok dan membuat macet panjang.

 

"Musibah banjir tahun ini, akibat hujan merata di Pamekasan, utamanya dataran tinggi sangat diharapkan menjadi awal gerakan kesadaran menjagasungai dari kotoran dan sampah. Kesadaran tersebut harus didorong dengan memperkuat implementasi Perbup Nomot 27 Tahun 2019," tegas Koordinator Gerakan Jihad Lingkungan GP Ansor Pamekasan, Imron saat ditemui NU Online di kantor GP Ansor Jalan R Abd Aziz Nomor 95, Pamekasan, Senin (24/2).

 

Ditegas Imron, peran Dinas Lingkingan Hidup (DLH), Disperindag, Satpol PP dan warga sangat penting dalam menjaga alam. Upaya dari pemerintah untuk mengenakan cukai pada kantong plastik, tegasnya, adalah bagian dari menjaga alam Indonesia. Karena itu, ia menyatakan mendukung pengenaan cukai atas plastik dlam rangka pengendalian.

 

Wakil Sekretaris PC GP Ansor Pamekasan tersebut menekankan, pengendalian sungai adalah tanggung jawab bersama, adanya pelang larangan buang sampah di sungai selama ini sebatas pajangan, karena komitmen untuk membuang sampah utamanya sampah plastik ke tempat sebenarnya masih belum menjadi kesadaran bersama.

 

"Kalau memungkinkan, Pemkab Pamekasan butuh ekstra effort agar Perda tentang penataan sampah berimplikasi pidana denda dapat dimplementasikan secara nyata," tegasnya.

 

Menurut Imron, karakter sampah antara desa dan kota saat ini sudah memilki karakter yang sama. Penggunaan kantong plastik sebagai wadah juga sudah biasa dilakukan di desa, di mana 5 tahun lalu di desa masih bisa menggunakan daun atau wadah yg bisa digunakan kembali.

 

"Pembuangan popok juga menjadi salah satu penyumbat saluran air. Mitologi atas pembakaran popok akan berdampak pada sakit anak, harus diantisipasi dengan kesadaran jangan buang ke sungai. Apalagi, penggunaan popok saat ini bukan hanya dilakukan oleh masyarakat kota," sesalnya.

 

Kontributor: Hairul Anam

Redaktur: Aryudi AR