Daerah

Kader IPNU-IPPNU Tidak Boleh 'Baperan'

Ahad, 23 Februari 2020 | 05:00 WIB

Kader IPNU-IPPNU Tidak Boleh 'Baperan'

Ketua PAC IPNU Kecamatan Kadur, Fathur Rahman. (Foto: NU Online/Sulaiman)

Pamekasan, NU Online

Kalangan remaja tidak boleh baperan (bawa perasaan), apalagi sudah berstatus sebagai kader IPNU-IPPNU. Pokoknya tidak boleh langsung menanggapi setiap persoalan dengan reaksi yang berlebihan tanpa adanya tabayyun terlebih dahulu.

 

Demikian ditegaskan oleh Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Fathur Rahman saat hadir dalam acara Pelantikan Pimpinan Komisariat (PK) IPNU-IPPNU SMP Maarif 12 Pamekasan, Kertagena Laok, Kadur, Pamekasan, Sabtu (22/2).

 

"Pelajar NU itu tidak boleh baperan. Dalam artian, tidak berlebihan dalam menanggapi segala persoalan yang ada. Karena terkadang informasi itu masih belum jelas adanya, jadi telusuri dulu sumbernya dan biasakan melakukan tabayyun sebagai tradisi Nahdliyin," tegas Fathur Rahman.

 

Tabayyun itu sebagai langkah penting untuk mencari kebenaran sebuah informasi sehingga menjadi jelas dan tidak berpotensi menjadi berita palsu atau bahkan menimbulkan fitnah.

 

"Kita jangan sampai latah menyebarkan informasi-informasi yang tidak jelas sumbernya. Itu berpotensi menimbulkan fitnah. Malah kita harus berada di garda terdepan, meluruskan informasi palsu atau hoaks, mengingat kita ini sebagai kaum intelek," tambahnya.

 

Pria yang biasa dipanggil Fathur itu, meminta kader IPNU-IPPNU aktif bermedia sosial sebagai sarana berjuang dan berdakwah menyebarkan Islam rahmatan lil’amin.

 

"Usahakan aktif di semua platform media sosial untuk menyeimbangi isu-isu radikal yang sengaja dibranding pihak sebelah untuk melancarkan misi mengganti ideologi negara dengan berjubah agama," jelas Fathur.

 

Tapi Fathur mengingatkan untuk tetap mengedepankan sopan santun dalam bermedia sosial. Tanpa berkata-kata jelek yang pada akhirnya gampang dipelintirkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

 

"Akan tetapi kita harus hati-hati. Diejek seperti apapun usahakan tetap ditanggapi dengan santun. Kalau kita menanggapi dengan ejekan juga, berarti kita sama dengan mereka. Sopan santun tetap didahulukan. Terkadang kalau kita sembarang dalam berkomentar, akan mudah dipelintir dan menjadi viral, ujung-ujungnya yang dijelekkan NU. Ini tidak boleh terjadi," pungkasnya.

 

Pewarta: Sulaiman

Editor: Aryudi AR