Daerah

Sifat Sombong Orang Tua Akan Menyengsarakan Anak

NU Online  ·  Ahad, 28 Januari 2018 | 10:05 WIB

Surabaya, NU Online
Pada pengajian rutin Sabtu (27/1) malam yang diselenggarakan di mushalla Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, KH Marzuqi Mustamar mengingatkan bahaya dari sombong. Karena tercelanya sifat tersebut, bisa mengarah kepada menyekutukan Allah SWT.

Dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini mengingatkan berbagai kalangan termasuk orang tua untuk menjauhi sifat sombong. “Karena sombongnya orang tua akan menyengsarakan anak,” tegasnya. Betapa banyak anak yang akhirnya menerima akibat buruk lantaran sifat negatif yang dilakukan orang tua, lanjutnya. 

Hal berbahaya lain dari sombong adalah memandang orang lain lebih hina. “Mengapa sombong dilarang? Karena yang bersangkutan memandang orang lain lebih hina,” kata Wakil Rais PWNU Jatim tersebut di hadapan peserta pengajian. 

 “Dengan demikian, yang bersangkutan merasa besar. Padahal yang maha besar adalah Allah SWT,” tandasnya. Mereka yang merasa besar, berarti menyamai Allah yang berarti musyrik, lanjutnya.

Pada pengajian yang berlangsung usai Shalat Magrib berjamaah itu, Kiai Marzuqi menyebutkan bahaya lain bagi manusia yang memiliki sifat sombong yakni tidak bisa menerima masukan. “Siapapun yang memberikan masukan apalagi kritik tidak akan diterima,” katanya.

Sedangkan bahaya bagi pejabat yang memiliki sifat sombong yakni gemar berperilaku dzalim. “Merasa diri dan kelompoknya benar, sehingga menolak apa saja yang disampaikan kalangan lain,” urainya. Kala proses seleksi pegawai misalnya, tidak lagi bisa berpikir objektif.  

Karena itu, sangat beralasan kalau ada hadits yang menyebutkan bahwa tidak akan masuk surga, mereka pemilik sifat sombong. “Bahkan seringan apapun kadar kesombongannya akan tertolak untuk masuk surga,” kata pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang tersebut.

Sifat sombong juga ditunjukkan kelompok yang gemar menyesatkan bahkan mengafirkan pihak lain. Sama seperti kalau ada yang menganggap pihak lain sesat, maka diberikan penjelasan kebenaran apapun, pasti akan menolak. “Termasuk saat ditunjukkan hadits dan ayat, pasti akhirnya tetap tidak berkenan lantaran sejak awal dirinya dipenuhi sifat sombong tadi,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)