Daerah

Sekolah Pucak Raranggonau, Wadah Literasi untuk Anak-anak Pedalaman

Kam, 14 Januari 2021 | 08:07 WIB

Sekolah Pucak Raranggonau, Wadah Literasi untuk Anak-anak Pedalaman

Gerakan Sosial Sekolah Puncak Rarangganau di Desa Pombewe, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. (Foto: dok. istimewa)

Palu, NU Online

Dusun IV Raranggonau merupakan salah satu dusun di Desa Pombewe, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang berada di daerah pegunungan. Daerah yang memiliki penduduk dengan jumlah 236 jiwa dan 70 kartu keluarga (KK) ini memiliki rata-rata pendidikan anak hanya sampai tingkat sekolah menengah pertama (SMP).


Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, masyarakat di Dusun IV Raranggonau melakukan kegiatan dengan mencari rotan dan kegiatan pertanian lainnya untuk menopang kehidupan ekonomi mereka.


Melalui jalur pegunungan dan jalan yang rusak Tim Gerakan Sosial Sekolah Puncak Rarangganau (SPR) harus berjalan kaki dengan menempuh waktu 4 jam dan ketinggian 1003,39 MDPL untuk sampai di Dusun IV Raranggonau.


Selain itu, Dusun Raranggonau belum memilki akses air bersih. Sebab itu, kelompok mahasiswa yang melakukan perjalanan ke dusun tersebut harus membawa air dari perkotaan.

 

Gerakan Sosial Sekolah Puncak Rarangganau di Desa Pombewe, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. (Foto: dok. istimewa)

 

Dalam perjalan setengah ketinggian dari 1003,39 MDPL terdapat pipa air yang digunakan untuk menambah kebutuhan air. Fasilitas air tersebut bisa dikonsumsi bagi para pendaki yang melakukan perjalanan ke Dusun Raranggonau.


Akses listrik yang juga sulit tidak memungkinkan masyarakat di sana menggunakan televisi. Namun, untuk melakukan mobilitas sehari-hari, warga Dusun Raranggonau kendaraan berupa sepeda motor.


Kepada Dusun IV Raranggonau, Limuesa menerangkan bahwa warganya masih lekat dengan tradisi gotong royong.


“Gotong royong masih kami lakukan di sini, kadang kami membuat kelompok untuk membuka jalan menuju ke dusun kami. Apalagi setelah kejadian gempa kemarin, jalan menuju ke dusun kami longsor dan kami melakukan kerja bakti untuk akses jalan motor dan membuat jalur yang baru,” ujar Limuesa Kapala Dusun IV Raranggonau.


Limuesa juga menceritakan bahwa pendidikan anak-anak di Dusun Rararnggonau masih menjadi problem bagi orang tua. Dikarenakan guru yang mengajar anak-anak di sana kadang datang kadang tidak ada.


“Anak kami masih susah untuk belajar di sini karena tidak ada guru yang menetap untuk mengajari anak kami membaca dan menulis,” ucap Limuesa.

 

Gerakan Sosial Sekolah Puncak Rarangganau di Desa Pombewe, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. (Foto: dok. istimewa)

 

Para Aktivis SPR menjelaskan, untuk mendekatkan diri dan beradaptasi dengan warga Raranggonau, mereka harus menggunakan Bahasa Kaili, yaitu Bahasa local masyarakat Raranggonau.


Aktivis SPR memperkenalkan berbagai persoalan pendidikan dan ekonomi di sana. Para aktivis SPR juga menyalurkan bantuan donasi untuk meringankan anak-anak di Dusun Raranggonau.


Sekolah Puncak Raranggonau terwujud pada tahun 2019 berawal dari kondisi pendidikan anak-anak di dusun tersebut. Berdirinya SPR juga menjadikan Dusun Rararnggonau sebagai dusun pendamping untuk mengembangkan pendidikan dan literasi anak-anak di desa tersebut.


Kontributor: Sofyan

Editor: Fathoni Ahmad