Daerah

Santri Mathali'ul Huda Dibekali Dasa Jiwa Santri

NU Online  ·  Jumat, 1 Juni 2018 | 12:15 WIB

Pati, NU Online
Selama Ramadhan di Pesantren Mathali'ul Huda (PMH) Al-Kautsar, Kajen Pati, Jawa Tengah menyelenggarakan Ngaji Posoan. Dan salah satu kegiatan yang cukup menarik adalah pembekalan kepesantrenan. 

“Kegiatan ini untuk memberikan wawasan kepesantrenan kepada santri posonan yang sebagian besar adalah dari para pelajar yang belum pernah nyantri atau belum begitu dalam mengenal pesantren,” kata Misbahuddin, Jumat (1/6). 

Ketua Pondok PMH Al-Kautsar ini menjelaskan bahwa untuk santri lama kegiatan tersebut boleh dikata sebagai penyegaran dan pendalaman nilai kepesantrenan. 

“Gempuran media dan pola hidup masyarakat di era kebebasan informasi saat ini memerlukan kegiatan serupa agar nilai-nilai pesantren tetap kokoh dan eksis,” tambahnya.

Kegiatan diadakan secara paralel di pesantren putra dan putri di sela-sea pengajian kitab saat Ramadhan. Kitab-kitab mini seperti Fathul Majid, Safinatun Naja, Bidayatul Hidayah dibaca oleh para ustadz selama kegiatan tersebut.

Sebagai pemateri pada acara tersebut adalah Pembantu Pengasuh PMH Al-Kautsar Bidang Manajemen, Ustadz Muhammad Niam, yang menyampaikan pengenalan pesantren dan dasa jiwa santri, atau juga disebut Suluk Kajen dan Suluk Sholeh Akrom. 

“Dasa Jiwa santri adalah nilai-nilai yang diajarkan ulama Kajen,” jelasnya. Para ulama tersebut mulai dari Mbah Ahmad Mutamakkin sampai anak keturunannya yakni para ulama di Kajen seperti Mbah Abdullah Salam, Mbah Sahal Mahfudh dan penerusnya saat ini KH Amad Zacky Fuad Abdillah. 

“Nilai-nilai tersebut harus dimiliki oleh santri jika ingin disebut sebagai santri sejati,” tegas Muhammad Niam.

Sepuluh nilai yang terangkum dalam dasa jiwa santri meliputi ikhlash, sabar (tabah)‎, khirs (cinta ilmu)‎, akhlakul karimah, tawadlu (kesederhanaan)‎, istiqamah (disiplin)‎, zuhd (tidak berorientasi pada materi).

Juga mujahadah (berjuang karena Allah dan berusaha meningkatkan derajat di hadapan Allah)‎, uswah al-hasanah (menjadi teladan yang baik)‎ dan tabarruk (mencari berkah)‎. 

“Nilai-nilai tersebut disarikan dari ceramah, petuah dan nasihat para ulama Kajen secara turun temurun,” jelasnya. Semuanya adalah standar etika minimal yang harus dimiliki para santri selama di pesantren. Bila sifat tersebut sudah dimiliki, maka dia layak disebut santri sejati, tambahnya.

Pada materi pengenalan pesantren, para santri diajak mengenal lebih jauh ciri pesantren Ahlussunnah wal jamaah dan mengenali ciri ajaran yang tidak sesuai. Para santri juga diajak mengenal sekilas tentang bahaya aliran radikal Islam yang sering melakukan aksi terorisme atas nama Islam.

Selama kegiatan, para santri posonan juga diajak menonton film pendek motivasi kepesantrenan seperi Parodi Ayo Mondok dari Menara Band dan klip-klip lain. Acara semakin hangat ketika para santri diajak shalawatan sampbil melantunkan syair dasa jiwa santri berbahasa Jawa yang digubah dengan nada shalawat Badar ala Habib Syekh. (M Niam Sutarman/Ibnu Nawawi)