Daerah

Sambut Ramadhan Warga Lereng Andong Gelar "Khataman Seni"

NU Online  ·  Ahad, 19 Oktober 2003 | 20:47 WIB

Magelang, NU.Online
Masyarakat lereng Tenggara Gunung Andong menggelar "Kataman Seni" sebagai tradisi tahunan khas kawasan itu menjelang Bulan Suci Ramadhan 1424 Hijriah, di Dusun Mantran Wetan Desa Girirejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, Minggu (19/10).

Ketua Paguyuban "Beksa Turangga Mudho" Magelang, Supardi di Magelang, Minggu mengatakan, ciri khas kesenian di kawasan itu berupa kuda lumping yang telah turun temurun dilestarikan dan dikembangkan masyarakat setempat.

<>

Berbagai jenis kesenian yang dipentaskan di dusun itu sejak sekitar pukul 13.30 hingga 17.00 WIB itu adalah kuda lumping anak 17 anak SD Negeri Srigading Girirejo), kuda lumping "yunior" (10 anak Mantran lulusan SD), kuda lumping "remaja" (17 remajaMantran), tari warok (delapan pemuda) dan tari topeng (21 penari Mantran).

Selain itu empat sesepuh Mantran memantaskan tarian kuda kepang yang biasa dipentaskan secara ritual saat hajatan (nadar) warga setempat dan "perti desa" setiap Sapar (Kalender Jawa,red).

Tarian kuda kepang yang disebut "kuda kepang empat" itu dimainkan empat orang sebagai penerus generasi pendahulu. Tarian ini beriringkan dua kenong, satu terbang dan satu "kencreng" ditabuh bertalu-talu memeriahkan pementasan itu.

Ia menjelaskan, sebelum Bulan Ramadhan warga Andong menggelar ritual selamatan kesenian yang dikemas dalam tradisi "Kataman Seni". Sedangkan selama Ramadhan masyarakat tidak menggelar pentas kesenian rakyat.

"Nanti saat ’Riyaya’ (Lebaran,red) kami menggelar lagi secara besar-besaran pentas kesenian rakyat," katanya. "Kataman seni" juga ditandai kenduri berupa doa yang dipimpin sesepuh masyarakat setempat Sastro Slamet, dilengkapi pembakaran kemenyan dan sesaji nasi tumpeng, "ingkung" (daging ayam), bubur merah, bubur putih, aneka lauk pauk dan sayuran.

Kataman seni itu, katanya, bertujuan melestarikan tradisi kesenian masyarakat, dan memohon doa kepada Tuhan agar seluruh warga lereng Andong memperoleh keselamatan dan kebahagian hidup.

Pementasan "kataman seni" terlihat berlangsung meriah disaksikan ribuan warga dari tepi panggung yang berupa halaman rumah penduduk bertutup terpal plastik.

"Kami menyebut tradisi ini sebagai ’kataman’ karena sebagai penutup kegiatan kami berkesenian selama setahun dan menyongsong Bulan Puasa, saat Lebaran kami menggelar lagi," kata Supardi (Cih)***