Daerah

Saatnya Pesantren Mewartakan Potensi yang Dimiliki kepada Khalayak

Sab, 5 Oktober 2019 | 00:30 WIB

Saatnya Pesantren Mewartakan Potensi yang Dimiliki kepada Khalayak

Peserta Diklat Jurnalistik di Pondok Pesantren Nurul Islam, Pungging, Mojokerto, Jawa Timur, (Foto: NU Online/Syaiful Alfuat)

Mojokerto, NU Online
Pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam Pungging, Mojokerto, Jawa Timur,  menggelar Pendidikan dan Latihan atau Diklat jurnalistik. Diharapkan dari kegiatan ini dapat menerbitkan website dan majalah khas pesantren setempat. 
 
Kegiatan ini mendatangkan pemateri yakni Moch Chariris yang berprofesi sebagai Redaktur Pelaksana Harian Radar Mojokerto dan Moch Yusuf selaku direktur artistik Majalah Aula PWNU Jawa Timur. 
 
“Peserta Diklat adalah puluhan siswa MA dan SMK pesantren yang telah lolos seleksi. Mereka nantinya akan menjadi anggota jurnalistik,” kata ketua pelaksana, Yahya Sabrawi, Jumat (4/10).
 
Diklat jurnalistik ini bertujuan untuk mengenalkan para santri pondok pesantren kepada dunia jurnalistik. 
 
“Sehingga diharapkan para santri pondok pesantren dapat menuangkan ide ke dalam tulisan yang memiliki makna,”  jelas Yahya. Dengan demikian tentunya peran santri diharapkan lebih dinamis dan bergairah dalam menuangkan ide kreatif ke dalam tulisan setelah mengikuti diklat jurnalistik ini, lanjutnya. 
 
KH Ahmad Siddiq selaku pendiri dan pengasuh pondok pesantren saat sambutan berpesan kepada para peserta bahwa tulisan itu dahsyat. 
 
“Melalui menulis, orang dapat menuangkan pemikirannya, dan orang yang membaca tulisan akan terinspirasi juga akan memakai pemikiran itu.” ungkapnya.
 
Dirinya berharap dengan kegiatan ini pondok pesantren mempuyai media tersendiri yang kredibel.
 
“Semua kegiatan pondok pesantren dapat termuat di media sendiri, selain itu para santri diasah kemampuanya untuk berpikir, mengasah kemampuan dalam menulis dan menuangkan ide-ide sehingga dapat menerbitkan karya visual maupun karya tulis,” harap KH Ahmad Siddiq.
 
Ketika sesi materi, peserta mendapatkan tambahan pengalaman terkait teknik menulis berita, wawancara, hingga contoh pengambilan angle foto. 
 
”Orang yang belum terbiasa menulis itu ibarat seorang wanita yang tidak pernah disentuh. Artinya seorang penulis pemula itu proses menulisnya masih  kaku jadi perlu dibiasakan agar menjadi sebuah kebiasaan,” kata Chariris.
 
M Ja'far Shodiq, salah satu peserta diklat jurnalistik merasakan lebih bisa memahami tentang jurnalistik, khususnya dalam menulis.
 
“Saya menjadi lebih semangat berkarya, dan saya akan berusaha untuk meningkatkan kepopuleran Pondok Pesantren Nurul Islam melalui karya tulis,” tandasnya. 
 
 
Pewarta: Syaiful Alfuat
Editor: Ibnu Nawawi