Semarang, NU Online
Pengajian Akbar Cinta Rosul yang digelar oleh Pemerintah Kecamatan Ngaliyan bekerjasama dengan Badan Amil Zakat (BAZ) Ngaliyan, Al Khidmah baru-baru ini, dihadiri ribuan orang dari Kota Semarang maupun Kabupaten Kendal.
Camat Ngaliyan Bambang mengatakan, pengajian itu digelar untuk memperingati HUT Kota Semarang ke-464 sekaligus perkenalan dirinya dengan warga Ngaliyan. <>
“Dari pada menggelar pentas wayangan saya lebih memilih pengajian seperti ini. Sekalian perkenalan saya untuk warga Ngaliyan dan warga Nahdliyin umumnya,” tuturnya dalam sambutan.
Walikota Semarang Soemarmo kendati tak hadir karena kesibukan mengirimkan pesan bagi hadirin. Yaitu agar pengajian tersebut mampu mewujudkan keharmonisan dan kesejahteraan umat.
“Bapak Waikota berpesan agar kita memajukan masyarakat dengan saling menyayangi. Tidak dengan iri atau curiga tapi dengan saling menopang” ucapnya.
Dalam tausiyahnya, Habib Hasan Bin Zein Al–Jufri berpesan, hidup harus selalu bersyukur atas rahmat dari Allah SWT dan selalu ingat kepada-Nya. Yaitu dengan menjauhi larangan-Nya dan cinta kepada Baginda Rasul dengan menjalankan sholat lima waktu.
“Banyak-banyaklah membaca sholawat aagar kelak mendapatkan syafaa’t di yaumil qiyamah," pesannya.
Alimah, warga Beringin Kecamatan Ngaliyan mengaku senang dengan pengajian tersebut. “Tausiahnya bagus sekali, kalau bisa sambutannya jangan terlalu banyak, karena yang datang pengajian ini pasti tujuannya mendengarkan tausiyah,” ujarnya.
Apa yang dikatakan Alimah diamini beberapa orang lainnya. Mereka menikmati lantunan pembacaan sholawat Nabi, namun sambutan camat dan ditambah sambutan tertulis Walikota yang dibacakan di acara itu, dinilai terlalu banyak. Sehingga Habib Hasan tidak punya cukup waktu untuk memberi mauidhoh hasanah mengingat jam mendekati tengah malam.
Tak hanya umat yang serius mendengarkan pengajian yang mendapat manfaat. Berkah juga didapatkan para pedagang asongan yang ikut memenuhi area pengajian. Mereka, pedagang makanan, minuman, aksesoris seperti pecis, buku-buku Islam, minyak wangi, sajadah, tasbih dan pedagang sandal, semua mendapat rejeki.
“Betapa indahnya Islam. Betapa nikmatnya menjadi umat Nabi. Kita bisa mendapat ilmu dan nasehat dari kyai, sekaligus silaturahmi sesama muslim. Juga kami mendapat rejeki untuk anak istri,” ujar Soleh, seorang pedagang minuman teh.
“Maka betapa bodohnya orang yang melarang pengajian Maulid Nabi. Betapa jahatnya mereka yang mengatakan ini adalah bid’ah,” sahut rekannya, Ahmad, pedagang tasbih dan peci.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Muhammad Ichwan
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
4
Pentingnya Kematangan Pola Pikir dan Literasi Finansial dalam Perencanaan Keuangan
5
PBNU Rencanakan Indonesia Jadi Pusat Syariah Dunia
6
Sejarawan Kritik Penulisan Sejarah Resmi: Abaikan Pluralitas, Lahirkan Otoritarianisme
Terkini
Lihat Semua