Daerah HARI SANTRI 2019

Puncak Hari Santri 2019, PMII Inaifas Kencong Gelar Nobar Hingga Diskusi

Ahad, 27 Oktober 2019 | 09:30 WIB

Puncak Hari Santri 2019, PMII Inaifas Kencong Gelar Nobar Hingga Diskusi

Salah satu tarian persembahan Pagelaran Seni Anggota Rayon (Pansert) Rayon PMII Fakultas Tarbiyah Komisariat Inaifas, Kencong Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Pengurus Rayon PMII Fakultas Tarbiyah Komisariat Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyah (Inaifas) Kencong Jember, Jawa Timur menutup rangkaian peringatan Hari Santri 2019 dengan acara yang cukup komplit. Yaitu pembacaan surat Yasin, Tahlil, Shalawat Asyghil, Nobar (nonton bareng), dan diskusi.

 

Acara yang digelar di halaman Sekretariat Rayon PMII Fakultas Tarbiyah Komisariat Inaifas, Sabtu (26/10) di Dusun Ponjen, Desa/Kecamatan Kencong tersebut disambut hangat oleh anggota PMII dan masyarakat setempat. Lebih-lebih saat film Sang Kiai diputar di layar lebar, pengunjung antusias menyaksikan film sejarah perjuangan KH Hasyim Asy’ari itu.

 

Sebelum pemutaran film tersebut, para kader PMII yang tergabung dalam Pagelaran Seni Anggota Rayon (Pansert) menampilkan sejumlah pertunjukan, di antaranya musikalisasi puisi, tari-tarian, orasi kebudayaan, dan stand up comedy.

 

Menurut Sekretaris Pengurus Rayon PMII Fakultas Tarbiyah Komisariat Inaifas, Kencong, Abdus Shomad, pertunjukan di penutupan Hari Santri 2019, memang digarap sedemikian rupa untuk memberikan tontonan yang mendidik, atau pendidikan yang menghibur.

 

“Kami berharap agar Hari Santri ini bisa menggugah semangat mahasiswa dan masyarakat untuk lebih memahami peran santri, baik dulu, sekarang mapun yang akan datang,” tuturnya kepada NU Online.

 

Lajang berperawakan agak tambun itu menambahkan, kegiatan puncak Hari Santri 2019 tersebut terasa sangat istimewa karena mahasiswa dan masyarakat berbaur dalam satu kegiatan mensyukuri Hari Santri 2019. Tidak cuma berbaur tapi juga belajar memahami dan mengingat kembali tentang kontribusi dan peran ulama bersama santri dalam mempertahankan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

 

"Ini tidak lain dan tidak bukan, adalah sebuah kegiatan yang menurut saya tidak akan dapat kami lupakan. Di mana, kami bisa bergumul, bisa saling sapa, menjalin keharmonisan dengan masyarakat,” jelasnya.

 

Di sesi diskusi, Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU Kencong, M Ridwan Khamid mengupas pesan-pesan yang disampaikan film Sang Kiai, mulai dari yang tersurat hingga yang tersirat atau bahkan yang tidak terdokumentasi dalam film tersebut. Misalnya tentang keunikan KH Abbas Buntet, panglima Laskar Hizbullah yang diamanati Hadratus Syekh KH Hasyim Asya’ari untuk memimpin perang di Surabaya tanggal 9-10 November 1945.

 

“Film itu spektakuler, itu fakta sejarah yang berbicara betapa peran kiai sangat besar di republik ini,” ungkapnya.

 

Sedangkan pemateri kedua adalah Gandys Nanda I. Ia lebih banyak menyinggung keterlibatan NU dalam peran politik. Menurutnya, salah satu sebab berdirinya NU adalah faktor politik. Sehingga jika terkadang kegiatan NU nyrempet-nyrempet politik, tak perlu dirisaukan.

 

“Yang penting, politik NU untuk kemashlahatan umat,” ucapnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi